Mengapa Kader PAN Pindah ke Nasdem? Ini Penyebabnya Menurut Jamiluddin Ritonga
RIAUMANDIRI.CO - Adanya rumor yang menyebutkan sejumlah kader PAN, seperti Asman Abnur dan Guspardi Gaus pindah ke Partai Nasdem tidak mengejutkan pengamat komunikasi politik M Jamiluddin Ritonga.
Menurut Jamil, hal itu terjadi karena peluang PAN masuk Senayan pada Pemilu 2024 memang relatif kecil. Hasil survei dari lembaga survei yang kredibel memperlihatkan elektabilitas PAN di bawah empat persen.
Elektabilitas yang kecil itu membuat PAN sangat kecil peluangnya untuk tetap bertahan di Senayan. Karena itu, wajar kalau kader PAN yang potensial meraup suara besar akan meninggalkan partainya," kata Jamil, Selasa (26/4/2022).
Mereka kata Jamil, akan sia-sia memperoleh suara besar tapi tidak bisa menjadi anggota DPR RI bila elektoral partainya tidak cukup masuk Senayan.
"Untuk itu, mereka akan mencari partai yang terbuka kepada kader kutu loncat. Partai yang dicari tentulah yang dapat memuluskan keinginan mereka," katanya.
Nasdem dinilai Jamil partai yang memenuhi kriteria itu. Sebab, Nasdem sangat terbuka kepada SDM yang berpeluang memperoleh suara besar dan terpilih menjadi anggota DPR RI. Kepada SDM seperti ini, Nasdem bahkan mau membiayai semua keperluan si caleg hingga terpilih menjadi anggota dewan.
Selain itu, Nasdem juga tidak memberlakukan mahar kepada calegnya. Hal itu berlaku kepada semua kadernya, baik yang lama maupun pendatang baru.
"Tampaknya itulah penyebabnya kenapa kader PAN pindah ke Nasdem. Mereka yang potensial akan mendapat kemudahan untuk menjadi caleg di Nasdem," kata Jamil.
Namun demikian, tidak semua kader potensial dari partai lain yang pindah ke Nasdem dengan sendirinya terpilih kembali menjadi anggota DPR RI. Seperti Venna Melinda, kader Partai Demokrat yang pindah ke Nasdem.
"Jadi, kader potensial dari partai lain tidak otomatis terpilih kembali menjadi anggota DPR RI setelah pindah ke Nasdem. Sebab, Nasdem masih partai menengah yang belum menjadi magnet bagi masyarakat," kata Jamil.
Namun demikian, strategi Nasdem tanpa mahar dan membiayai calon potensial tampaknya berhasil menggaet kader partai lain pindah ke Nasdem. Strategi itu juga tampaknya berhasil meningkatkan jumlah kursi Nasdem di Senayan dari partai gurem menjadi partai menengah.
"Hanya saja, strategi Nasdem menggaet artis menjadi caleg tak sepenuhnya berhasil. Sebab, banyak caleg artis dari Nasdem yang kalah bersaing dengan caleg non artis," sebut Jamil.
Dia mencontohkan Manohara, salah satu caleg Nasdem dari Jawa Timur 1 (Surabaya dan Sidoarjo) yang gagal ke Senayan. Ia kalah bersaing dengan dengan caleg non artis, seperti Lucy Kurniasari dan caleg lainnya dari dapil Jawa Timur 1.
"Semua itu mengindikasikan nyaleg di Nasdem tidak menjamin akan terpilih menjadi anggota DPR RI. Partai lain juga potensial untuk mengantarkan caleg potensial untuk terpilih menjadi anggota dewan," kata mantan dekan FIKOM IISIP Jakarta itu. (*)