Menag: Hantu Ekstremisme Masih Ada di Sekitar Kita

RIAUMANDIRI.CO - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengingatkan para kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) terhadap tiga tantangan bangsa Indonesia ke depan.
Pertama, Jumlah penduduk muda yang sangat dominan. 53% penduduk Indonesia berusia 8 – 39 tahun. Generasi muda di mana PMII termasuk di dalamnya adalah bahan bakar utama Indonesia dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.
Kedua, kata Menag, perkembangan ekonomi berbasis digital. Pertumbuhan ekonomi digital Indonesia sangat pesat. Berdasarkan hasil riset dari Google, pasar ekonomi digital Indonesia mencapai US$70 miliar pada tahun 2021, dan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.
"Ketiga, ekstremisme. Hantu ekstremisme masih ada di sekitar kita, mereka masih dan terus memperjuangkan agenda-agenda mereka," tegas Yaqut pada acara Ramadan Public Lecture secara hybrid dengan tema Kepemimpinan Muda: Masyarakat Inklusif dan Gagasan Baru Pembangunan Bangsa, Jumat (22/4/2022).
Lebih lanjut Menag menyatakan bahwa kader PMII harus dapat menentukan sikap untuk menjawab ketiga tantangan tersebut.
"Saya meyakini PMII baru memiliki jawaban untuk tantangan yang ketiga, sementara dua tantangan yang lain belum menemukan jawaban yang sempurna dan paripurna," terangnya.
Menjawab tantangan ekstremisme kata Menag sangat penting. Tapi dia juga mengingatkan kader PMII untuk tidak hanya terpaku pada satu persoalan dan melupakan bahwa di luar sana dunia sudah berubah, dunia yang terus bergerak berdasarkan perkembangan teknologi.
Menag juga minta PMII tidak hanya menjadi penonton atas berbagai perubahan yang terjadi. PMII harus menjadi pelaku dan penggerak perubahan peradaban.
Berita Lainnya
- Serahkan Penamaan Pulau ke Asing, DPR Tuding Pemerintah Tak Bijak
- Ketua KPK Firli Bahuri Dicekal Keluar Negeri
- Mencekam! Begini Detik-detik Sebelum Pendeta Yeremia Dibunuh
- PKS Setuju Jokowi Tolak Pemulangan 689 WNI Eks ISIS
- PKS Desak Menteri ESDM Hentikan Wacana Kenaikan Harga Pertalite, Solar dan LPG 3 Kg
- Pemerintah Batal Ajukan Banding Kasus Blokir Internet Papua, Ini Alasannya