Kemenkes Ungkap 3 Skenario Transisi Covid-19 RI Jadi Endemi
RIAUMANDIRI.CO - Kementerian Kesehatan RI mengungkap skenario transisi Indonesia menuju endemi.
Setidaknya ada tiga skenario, mulai dari yang terbaik hingga terburuk berdasarkan prediksi tingkat keparahan varian hingga kemungkinan efektivitas vaksin 'memudar' seiring waktu.
Dilansir Detik.com, Koordinator Substansi Penyakit Infeksi Emerging Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan, Ditjen P2P Kemenkes RI Endang Budi Hastuti, skenario terburuk Indonesia belum bisa menuju endemi lantaran kemunculan varian baru Corona, saat kasus COVID-19 sebelumnya sudah mereda.
Berkaca pada apa yang terjadi di serangan Omicron, kasus COVID-19 yang sebelumnya sudah membaik, mendadak kembali melonjak dengan munculnya varian lebih mudah menular.
"Skenario terburuknya adalah munculnya varian baru yang lebih tinggi penularan dan risiko keparahannya dan juga kemungkinan terjadinya penurunan efektivitas vaksin yang signifikan seiring waktu," terang dia dalam agenda daring Kamis (10/3/2022).
"Karena kita tahu pandemi ini tidak bisa diprediksi ya, kita pernah mengalami gelombang kedua kemudian terjadi situasi di mana kasusnya sudah sangat rendah tidak terjadi penambahan kemudian tiba-tiba muncul varian Omicron yang pertama kali di Afrika Selatan," sambungnya.
Berikut tiga skenario Kemenkes RI soal transisi Indonesia menuju endemi:
Skenario terbaik: Vaksin efektif
Ada kemungkinan varian baru muncul tetapi tidak memicu gejala berat dan angka penularannya lebih rendah. Kemudian, proteksi vaksin COVID-19 masih bisa dipertahankan dalam level tinggi tanpa perlu adanya perubahan dari program atau jenis vaksinasi yang ada.
Skenario dasar: COVID-19 jadi penyakit musiman
Adanya penurunan tingkat penularan dan keparahan yang terus berlanjut, diikuti gelombang-gelombang kecil kasus COVID-19 karena masih ada kelompok rentan akibat penurunan efektivitas vaksin. Skenario lain kemungkinan COVID-19 berakhir menjadi penyakit musiman.
Skenario terburuk: Ancaman varian baru
Munculnya varian baru Corona dengan tingkat penularan lebih tinggi dan berisiko memicu gejala COVID-19 berat. Ditambah lagi adanya penurunan efektivitas vaksin yang drastis dengan berjalannya waktu.