Seluruh Kepala Negara Pakai Batu Akik
JAKARTA (HR)-Demam batu akik yang tengah melanda seluruh kawasan di Tanah Air, ternyata juga berdampak dalam pelaksanaan Konferensi Asia Afrika. Batu alam yang memiliki pesona lain dari yang lain ini, bakal menjadi suvenir andalan bagi para tamu negara yang hadir. Begitu juga batik, pakaian asal Indonesia yang sudah lama dikenal dunia.
Diharapkan, dengan dua suvenir itu, harapan panitia Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika memberikan kesan yang spesial bagi para tamu negara, bisa terwujud.
Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, sebenarnya ada sekitar 20 usulan untuk dijadikan suvenir KAA. Usulan itu datang dari daerah-daerah di Indonesia.
"Jadi dari daerah-daerah itu mengusulkan, bahkan sudah lebih dari 20 yang mengajukan usulan. Ada kopi, batik, tenun dan lainnya. Tinggal mencari, dikemas yang bagus," ujarnya, di Gedung JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (21/4).
Sementara itu, yang populer untuk dijadikan suvenir adalah batu akik. Batu ini diusulkan dari Bandung, Jawa Barat. "Yang paling populer dan nggak mau ditolak sih batu akik. Akik Pancawarna dari Bandung, Jawa Barat. Itu bilangnya sudah pokoknya," kata mantan Dirut Indosat ini.
Dari 20 usulan itu, lanjut Arief, yang akan diambil sekitar 10 jenis. Suvenir itu akan dibagikan ke setiap kepala negara atau delegasi. "Kita akan ambil 10, yang kemasannya masih bagus," kata Arief.
Mendunia
Khusus suvenir dari batu akik, Arief mengatakan, nantinya seluruh kepala negara yang hadir akan memakai batu yang tengah naik daun ini. Dengan cara ini, diharapkan batu akik Indonesia bisa mendunia dan memiliki nilai yang tinggi.
"Waktu itu kan yang jadi trending topic ketika kepala negara kita kasi batu (akik) ke Obama. Nah itulah yang mendunia. Nanti, seluruh kepala negara akan pakai, mudah-mudahan bisa lebih terkenal," tambahnya.
Arief menjelaskan, memberikan suvenir akik ini lebih kepada upaya untuk membranding suatu barang. Jika dibangun dan dikemas dengan maksud yang baik, maka akan berhasil.
"Itu kan persepsinya bisa lebih hebat dari realita. Sekarang kalau misalnya lagi tren akik, maka harus diangkat terus, agar batu mulia ini valuenya bisa tinggi. Mungkin berlian juga begitu. Tapi berlian kan dikuasai oleh beberapa perusahaan di dunia, positioningnya dibuat dan disukai wanita, tanda cinta yang abadi," kata Arief.
"Ini lebih ke branding. Harusnya Indonesia yang punya banyak batu mulia melakukan itu. Hampir setiap kunjungan saya selalu ada," tambah Arief. (dtc)