Ada Warga Jogja Diduga Terpapar Antraks, Langsung Dilarikan ke Rumah Sakit
RIAUMANDIRI.CO - Sejak pertama kali muncul dan menyebabkan sapi mati pertengahan Desember 2021 yang lalu, hingga saat ini Dinas Kesehatan Gunungkidul, Yogyakarta mencatat puluhan warganya mengalami gejala Antraks.
Kasus hewan ternak seperti sapi dan kambing yang terpapar Antraks nampaknya mulai menular ke manusia.
Seperti diketahui, setidaknya ada 15 ternak sapi dan kambing dari Kapanewon Ponjong dan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul dinyatakan terpapar Antraks. 15 ekor ternak tersebut masing-masing 6 sapi dan 2 ekor kambing di Kapanewon Ponjong serta 5 ekor sapi dan 2 ekor kambing di Kapanewon Gedangsari.
Kepala Dinkes Gunungkidul, Dewi Irawaty mengatakan dari hasil penelusuran di lokasi endemik hewan terpapar antraks tersebut, didapatkan hasil setidaknya ada 23 warga yang dilaporkan mengalami gejala mirip Antraks. Masing-masing 13 orang dari Ponjong dan 10 dari Gedangsari.
"Gejala yang paling terlihat dari 23 warga ini adalah mengalami luka pada kulit seperti melepuh. Gejala seperti ini lazim ditemukan pada orang yang terpapar Antraks," ujar dia, Senin (31/1/2022) dikutip dari Kumparan.
Meski sudah menunjukkan gejala mengarah ke Antraks, namun pihaknya belum memastikan apakah hal tersebut Antraks atau bukan. Karena sampai saat ini pihaknya masih menunggu hasil uji laboratorium dari sampel darah yang dikirimkan ke Balai Besar Veteriner Bogor.
Dewi menandaskan ketika pertama kali mereka mendapat laporan adanya indikasi warga yang menunjukkan gejala Antraks, pihaknya langsung bereaksi. Mereka mengambil langkah antisipatif dengan melakukan penelusuran sekaligus memberikan obat serta penguat daya tahan tubuh.
"Siang kami mendapatkan laporan malamnya langsung kami tindaklanjuti," papar dia.
Secara umum mereka sebenarnya dalam kondisi baik. Hanya saja ada satu orang yang terpaksa dilarikan ke RSUD Wonosari karena kondisinya mengalami penurunan. Sedangkan untuk warga yang bergejala, semuanya kini ditangani di kediamannya masing-masing.
Dewi mengatakan pihaknya juga melakukan monitoring di lokasi terduga tempat penyebaran Antraks. Prosesnya dilakukan selama 60 hari oleh Puskesmas dibantu perangkat setempat, guna memastikan potensi penyebaran bisa dihentikan.
Terpisah, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul memastikan penanganan terhadap hewan ternak yang terkena Antraks sudah dilakukan dengan cepat. Dinas juga sudah melakukan investigasi di lapangan.
Kepala Bidang kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Gunungkidul, drh Retno Widyastuti memaparkan, belasan ternak mati mendadak sejak 14 Desember 2021 hingga terkahir Jumat (28/01/2022) kemarin. Setelah ada sejumlah warga yang tiba-tiba mengalami sakit kulit dan ciri-ciri terpapar Antraks.
"Setelah itu kami langsung melalukan investigasi di lapangan. Ternak di lokasi tersebut yang masih hidup kita beri vitamin dan injeksi baru dua minggu lagi akan kami vaksinasi," kata Retno, Selasa (01/02/2022).
Ke depan pihaknya berencana akan melakukan vaksinasi terhadap seluruh ternak yang ada di dua kapanewon tersebut. Namun pihaknya tidak menentukan kapan vaksinasi tersebut akan selesai mengingat jumlah populasi ternak di dua kapanewon tersebut cukup banyak.
Dari kapanewon tersebut populasi ternak sapi kambing dan domba mencapai 46 ribu. Dan di satu sisi jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang ia miliki cukup minim. Banyak pegawai di lingkungannya yang telah purna tugas dan 13 dokter yang ia miliki juga diperbantukan semua
"Belum lagi kondisi medannya. Kalau di Ponjong itu landai, yang di Gedangsari Masya Allah. Beri kesehatan kepada tenaga kami ya Allah," ujar Retno.