Covid-19 Belum Usai, Perang Dunia Ketiga Sudah di Depan Mata
Covid-19 Belum Usai, Perang Dunia Ketiga Sudah di Depan Mata
RIAUMANDIRI.CO - Semenjak ketegangan geopolitik yang membuat Rusia dan Ukraina memanas, harga minyak mentah dunia makin menjadi-jadi. Sejak pekan lalu, harga minyak mentah dunia sudah mengalami kenaikan dan kini berada di angka US$ 90 per barel.
Tercatat, minyak mentah jenis brent dan light sweet masing-masing menguat 2,43% dan 1,97% sepanjang pekan.
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Satya Widya Yudha menyampaikan ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina telah membuat Indonesia khawatir. Khususnya atas harga komoditas seperti minyak mentah dunia. Kondisi geopolitik ini menjadi salah faktor penentu pasokan energi di dunia.
"Jadi kalau tadi (Menkeu) Sri Mulyani melihat kekhawatiran, bisa dimengerti dan dimaklumi karena asumsi harga minyak untuk Indonesia, asumsi harga minyak di APBN tahun 2022 itu US$ 63 (per barel)," ungkap dia kepada CNBC Indonesia, Senin (31/1/2022).
Seperti yang diketahui, Indonesia memiliki ketergantungan minyak cukup besar terhadap luar negeri. Di antaranya sebanyak 27% bahan bakar minyak impor, bahan bakar bensin sebesar 56%, dan LPG sebanyak 85%. Adapun harga minyak dunia tersebut menyentuh level US$ 90 per barel rekor tertinggi sejak 7 tahun terakhir.
"Jadi ini memang perlu kita cermati dengan baik supaya apa yang terjadi, ketegangan geopolitik dunia ini paling tidak, tidak berdampak ke domestik," papar Satya.
Meski demikian, Satya mengaku hal ini tidak mudah untuk dilakukan. Pasalnya, harga minyak ditentukan oleh pergerakan pasar sehingga Indonesia hanya menerima dampak dari pegerakan tersebut.
Satya menambahkan, jika tak diintervensi oleh pemerintah Indonesia, tren kenaikan harga minyak dunia itu akan memicu inflasi di tengah masyarakat. Belum lagi perekonomian nasional baru mengalami pemulihan dari kondisi pandemi Covid-19.
"Kita berharap itu tidak terjadi, maka pemerintah intervensi apabila harga BBM yang sekarang di pasaran masih kita pertahankan dengan harga yang ada, kecuali kalau memang yang round lebih tinggi, seperti Pertamax Plus dan lain sebagainya. Mereka walaupun mengikuti mekanisme pasar, paling tidak dia masih minta izin pemerintah untuk mematok harga-harga tersebut," katanya.
Langkah ini, kata dia, menjadi salah satu untuk mencegah terjadinya inflasi di masyarakat. Lebih lanjut, di samping intervensi pemerintah, ia juga berharap ada intervensi dari negara-negara anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dengan meningkatkan produksi minyak.
"Kita mencoba untuk melihat beberapa waktu ke depan karena saya yakin Februari kalau nggak salah, itu ada rapat OPEC di sana. Kita lihat apakah pada rapat tersebut menguntungkan untuk menstabilkan harga dunia," pungkas Satya.