Webinar Literasi Digital: Kikis Ujaran Kebencian
RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Webinar literasi digital pada siang ini, Selasa, 31 Agustus 2021 dimulai pukul 13.59 yang dibuka oleh moderator, Kartika Sari. Moderator membuka acara dengan salam, tagline webinar literasi digital “Salam Literasi Indonesia Makin Cakap Digital”, dan doa bersama. Moderator menyapa para narasumber, key opinion leader, dan seluruh peserta webinar. Tema pada pagi ini adalah “Interaksi Online Nyaman, Kikis Ujaran Kebencian”. Moderator memersilahkan seluruh peserta webinar untuk berdoa dan dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
Acara selanjutnya, para narasumber, key opinion leader, dan seluruh peserta mendengarkan sambutan dari keynote speech yaitu, Samuel A. Pangerapan selaku Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo.
Dilanjutkan dengan moderator menyapa key opinion leader, Afini Putri selaku presenter. Moderator berbincang dengan key opinion leader pada pukul 14.11.
Afini Putri: Aku aktif di aplikasi Instagram.
Moderator melanjutkan dengan membacakan tata tertib selama berjalannya webinar literasi digital. Setelah membacakan tata tertib, pukul 14.19 narasumber pertama yaitu, Dr. Iding Rosyidin, M.Si membawakan materi. Beliau adalah seorang dosen komunikasi UIN Jakarta dan konten kreator . Materi yang disampaikan adalah “Jaga Bersama Ruang Digital Kita”.
Summary: Tips aman dari ujaran kebencian dengan mengontrol emosi, jangan lisan maupun tulisan, sebar kebaikan, memaafkan, bersabar, peduli, dan tidak mengulangi kesalahan.
Penetrasi internet pada tahun 2019 sebanyak 73,7% pengguna internet sebanyak 196.714.070,3 perkembangan internet sampai 25.537.353,5 dan populasi Indonesia tahun 2019 sebesar 266.911.900 atau 1,03%. Survei APJII (2) layanan yang diakses, chatting sebanyak 89,35%. Sosial media sebesar 87,13% search engine 78,45% lihat gambar 72,79& sedangkan video 69,64%. Jumlah pengguna internet di Indonesia hingga Januari 2021 diperkirakan mencapai 202,6 juta Pengguna dari total jumlah penduduk Indonesia sebanyak 271.349.889 jiwa. Dengan jumlah fantastis itu menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah pengguna internet terbesat peringkat ke-4 di dunia.
Pandemi Covid-19 menjadi momenteum percepatan literasi digital seperti virtual meeting, belanja online, aktivitas di rumah, telemedicine, E-Learning, peningkatan konsumsi produk Kesehatan maupun daya tahan tubuh, creative content economy, dan less contact economy.
Digital skill sendiri merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam memanfaatkan dan menggunakan teknologi. Ruang lingkup pada digital skill berhubungan dengan langskap digital, internet, dan dunia maya.
Digital skills membuat kemampuan untuk berkomunikasi dengan menggunakan media sosial secara cerdas, mendukung dunia kerja modern dengan profesi yang modern sesuai tuntutan era digital, dan meningkatkan promosi.
Hal yang merusak ruang digital:
-
Hoax
-
Caci maki
-
Ujaran kebencian
-
Penipuan
Tips aman dari ujaran kebencian dengan mengontrol emosi, jangan lisan maupun tulisan, sebar kebaikan, memaafkan, bersabar, peduli, dan tidak mengulangi kesalahan.
Pemaparan selesai pada pukul 14.38 WIB.
Narasumber kedua yaitu, Ali Mansur, M.Amenyampaikan materi pada pukul 14.41. Beliau adalah seorang akademisi politik hukum dan filsafat hukum UIN Jakarta. Materi yang disampaikan berjudul “Jejak Digital dan Perlindungan Atas Privasi dan Keamanan Dalam Dunia Digital”.
Summary: Konten-konten yang di-publish baik yang bersifat negatif maupun positif, semua akan terekam dalam jejak digital. Jejak digital sangat sulit untuk dihapus, sekecil apapun konten negatif yang di-upload akan memiliki daya ungkit yang dahsyat.
Jejak digital adalah tapak data yang tertinggal setelah kamu beraktivitas di internet. Jejak digital yang ditinggal bisa berupa, riwayat pencaharian, pesan teks, foto atau video, lokasi, dan interaksi sosial media.
Jejak digitial yang tertinggal bisa berdampak di data pribadi yang terpapar di depan publik dan mencoreng reputasi. Maka dari dari itu pentingnya untuk kita mengelola jejak digital di media sosial.
Rekam jejak berpotensi dicari, dilihat, disalin, diproduksi, dan lainnya. Rekam jejak digunakan sebagai terror atau pembunuhan karakter.
Perlindungan identitas digital seperti nama akun, foto profil pengguna, deskripsi pengguna, identitas lainnya yang tercantum di akun, lalu password, identifikasi dua langkah, OTP, dan identitas lainnya.
Perlindungan data pribadi yang dapat dilakukan seperti, gunakan password yang kuat, hati-hati saat menggunakan WIFI gratis atau publik, selalu lakukan update, hati-hati mengunggah data pribadi, dan waspada jika ada komunikasi atau aktifitas mencurigakan.
Konten-konten yang di-publish baik yang bersifat negatif maupun positif, semua akan terekam dalam jejak digital. Jejak digital sangat sulit untuk dihapus, sekecil apapun konten negatif yang di-upload akan memiliki daya ungkit yang dahsyat.
Privasi adalah kebebasan informasi pribadi dari perhatian yang tidak diinginkan semacam tracking lokasi, browsing histori, cam dan microphone device. Sedangkan keamanan adalah kebebasan data dari potensi ancaman, seperti tercurinya user name, password, dan data lainnya.
Pemaparan oleh narasumber kedua selesai pada pukul 15.06 WIB.
Materi selanjutnya disampaikan oleh narasumber ketiga yaitu Dra. Wan Roswita, M.Pd pada pukul 15.10. Beliau selaku kepala sekolah SMAN 1 Pekanbaru. Materi yang disampaikan adalah “Etika Digital”.
Summary: Etika termasuk ke dalam elemen komunikasi yang penting. Tanpa adanya penggunaan etika pada saat kita berkomunikasi, ini akan menjadikan masalah tersendiri. Begitu pula dalam komunikasi digital. Perselisihan bisa saja timbul hanya karena seseorang melupakan etika di dalamnya
Etika digital masuk dalam empat pilar yang menjadi fokus literasi digital menuju Indonesia cakap digital yang digaungkan pemerintah dalam Gerakan Literasi Digital Nasional 2021.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Pemerintah menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021 dan akan berulang setiap tahunnya, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada tahun 2024.
Komunikasi di dunia digital dapat dilakukan di media sosial yang dapat dilihat banyak orang. Ada etika digital yang harus dilakukan meskipun kita tidak bertatap muka langsung dengan lawan bicara kita.
Di era digital, internet sudah menjadi bagian dari keseharian masyarakat. Berbagai aktivitas kehidupan seperti bekerja, belajar, berkomunikasi, berbelanja, telah menggunakan teknologi ini sebagai media alat bantunya.
Etika termasuk ke dalam elemen komunikasi yang penting. Tanpa adanya penggunaan etika pada saat kita berkomunikasi, ini akan menjadikan masalah tersendiri. Begitu pula dalam komunikasi digital. Perselisihan bisa saja timbul hanya karena seseorang melupakan etika di dalamnya.
Sebenarnya, apa yang boleh dan tidak di-posting, sudah jelas diatur oleh platform media sosial itu sendiri. Mereka mengatur beberapa yang tidak boleh posting seperti mengandung unsur kekerasan, berbau hasutan. Kemudian jual beli barang berbahaya, penipuan, konten berbau seksual eksploitasi seksual, perundungan bullying, eksploitasi manusia, pelanggaran privasi dan hak privasi gambar.
Pemaparan oleh narasumber ketiga selesai pada pukul 15.30 WIB.
Materi keempat disampaikan oleh Ade Hartati Rahmat, M.Pd selaku KAHMI provinsi Riau. Pemaparan dimulai pada pukul 15.34. Materi yang disampaikan oleh narasumber keempat berjudul “Humanisasi Digital”.
Summary: Untuk mengikis ujaran kebencian kita harus bisa memahami serta menelaah informasi yang didapat, memahami cara menggunakan teknologi, update informasi terbaru, dan mengetahui informasi perubahan peradaban.
Digitalisasi sendiri merupakan proses perubahan cara dari yang konvensional ke arah digital (bisnis, pendidikan, komunikasi, dan lainnya).
Penggunaan teknologi digital dan data-data yang telah ter-digitisasi, untuk memengaruhi cara penyelesaian sebuah pekerjaan (Brennen dan Kries).
Ciri generasi digital:
-
Identitas
-
Proses belajar
-
Kebabasan berekspresi
-
Privasi
Manfaat digital bagi pendidikan yaitu sarana mencari informasi, referensi, maupun pembelajaran, mendorong kreativitas serta kemandirian, sarana penyimpanan informasi juga data, dan mendorong penguasaan bahasa asing.
Untuk mengikis ujaran kebencian kita harus bisa memahami serta menelaah informasi yang didapat, memahami cara menggunakan teknologi, update informasi terbaru, dan mengetahui informasi perubahan peradaban.
Pemaparan oleh narasumber keempat selesai pada pukul 15.55 WIB.
Setelah sesi pemaparan materi bersama para narasumber selesai, moderator beralih ke sesi tanya jawab dan diskusi antara penanya dan narasumber. Ada empat penanya yang sudah terpilih dan berhak mendapatkan e-money untuk yang beruntung.
-
Muhammad Amin memberikan pertanyaan kepada Dr. Iding Rosyidin, M.Si
Q : Bagaimana mengedukasi orangtua yang baru berinteraksi di ruang digital dan kurang paham di ruang digital, agar orangtua terhindar dari efek negatif ruang digital tersebut?
A : Tidak masalah jika anak mendampingi atau mengajari orangtuanya yang ‘gaptek’.
-
Akbar Suryawan memberikan pertanyaan kepada Resista Vikaliana, S.Si, MM
Q : Bagaimana caranya untuk menghindari atau memaksimalkan keamanan dari data, sedangkan keamanan dari pemerintah saja bisa dibobol dengan mudah oleh para pihak. Bagaimana cara kita meningkatkan keamanan agar hal-hal seperti itu tidak terjadi?
A : Kita harus lebih berhati-hati, dan maksimalkan fitur-fitur keamanan di sosial media.
-
Alexa memberikan pertanyaan kepada Dra. Wan Roswita, M.Pd
Q : Bagaimana agar kita dapat menjelaskan pentingnya etika digital?
A : Pikirkan dulu apa yang akan disebar.
-
Mahalita memberikan pertanyaan kepada Ade Hartati Rahmat, M.Pd
Q : Bagaimana kita sebagai masyarakat terutama generasi muda agar bisa mereduksi eksklusivisme?
A : Tentu kita harus memahami bahwa teknologi digital tidak mengikis nilai-nilai budaya kita, bahkan bisa memudahkan kita dalam berbagai hal.
Sesi tanya jawab selesai pada pukul 16.18. Moderator kembali memanggil key opinion leader Afini Putri. Beliau menyampaikan bahwa di media sosial kita tidak dapat mengontol, ketika kita sudah memutuskan untuk berkarya di media sosial, kita harus terima dampak maupun risiko yang akan diterima.
Setelah berbincang-bincang dengan key opinion leader selesai, moderator memberikan kesimpulan dari pemaparan materi-materi webinar sesi pagi ini dan mengumumkan enam pemenang lainnya yang berhasil mendapatkan voucher e-money sebesar Rp. 100.000. Moderator mengucapkan terima kasih kepada keempat narasumber, key opinion leader, dan seluruh peserta webinar. Pukul 16.37 webinar literasi digital hari ini selesai, moderator menutup webinar ini dengan mengucapkan salam, terima kasih dan tagline Salam Literasi Indonesia Cakap Digital!