151 Siswa di Purbalingga Terpapar Covid-19, Ketua DPD RI: Jangan Paksakan PTM Jika Belum Siap
RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti meminta pemerintah daerah untuk mengkaji secara komprehensif pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM).
LaNyalla tidak ingin klaster Covid-19 di dua SMP Negeri di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah terjadi di daerah lain. Sebanyak 151 siswa di dua SMP Negeri itu terpapar Covid-19 saat masa persiapan PTM.
Sebanyak 90 siswa SMPN 4 Mrebet Purbalingga terkonfirmasi positif Covid-19, Selasa (21/9/2021). Mereka kemudian menjalani isolasi terpusat di gedung sekolah. Di hari yang sama, sebanyak 61 siswa SMPN 3 Mrebet Purbalingga juga dinyatakan positif Covid-19.
"Peristiwa ini harus menjadi pelajaran bagi sekolah lainnya. Dinas pendidikan harus memiliki data dan kajian mengenai keadaan sebaran Covid-19 di wilayahnya masing-masing. Jadi penyelenggaraan PTM harus dipertimbangkan berdasarkan potensi penularan," kata LaNyalla, Kamis (23/9/2021).
Seharusnya kata LaNyalla, sekolah mampu membuat antisipasi kemungkinan terjadinya peristiwa ini. Karena itu LaNyalla mempertanyakan prosedural penerapan prokes dalam pelaksanaan PTM di dua SMP Negeri tersebut.
Senator asal Jawa Timur itu menegaskan, setiap sekolah harus menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk PTM yang akan datang.
"Tidak boleh lengah dan kendor. Harus dilakukan pengawasan dengan baik. Terutama penggunaan masker dan tidak boleh berkerumun. Terkadang anak-anak susah dalam hal ini. Karena sudah lama tidak bertemu temannya kemudian asyik ngobrol lupa jaga jarak. Ini harus diawasi," ujarnya.
Pihak sekolah dan orang tua, menurut LaNyalla, perlu bersabar dalam menghadapi pandemi. Artinya tidak perlu memaksakan harus ada PTM jika benar-benar tidak siap.
"Kita semua tahu dan memahami bahwa kedisiplinan warga masih rendah. Demikian juga anak-anak sekolah, masih sering abai dengan penerapan prokes," tutur dia lagi.
Ditambahkannya, jika potensi penularan masih tinggi sebaiknya PTM ditiadakan dan anak-anak tetap belajar di rumah. Tentunya peran orang tua sangat diperlukan lagi.
"Demi anak-anaknya, saya kira orang tua akan memberi yang terbaik. Orangtua pastinya akan melakukan pendampingan dan harus mau belajar lagi agar anak-anaknya mampu mencerna pelajaran," ucapnya.
LaNyalla juga meminta percepatan vaksinasi Covid-19 bagi kelompok usia sekolah yakni usia 12 - 17 tahun. Percepatan ini dibutuhkan agar pembelajaran tatap muka bisa lebih aman.