BMKG Tuding Pemanasan Global Pemicu Siklon Tropis di RI
RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA – Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Siswanto mengatakan, pemanasan global yang dampaknya sudah sampai ke Indonesia mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya siklon tropis.
"Diyakini oleh para ahli iklim bahwa, pemanasan global yang salah satunya ditunjukkan pula oleh peningkatan suhu lautan akan menjadikan siklon tropis lebih mudah untuk tumbuh dan berkembang," ujar Siswanto, Kamis (8/4/2021).
Siswanto memaparkan pemanasan global yang diartikan sebagai peningkatan suhu rata-rata yang diukur di banyak tempat di permukaan bumi adalah nyata berdasarkan analisis data. Meskipun demikian, tingkat pemanasannya tidak sama untuk semua tempat di permukaan bumi.
Di Indonesia, sejumlah stasiun pengukuran suhu permukaan BMKG mengindikasikan tren peningkatan, meski bervariasi. Di Jakarta, data suhu rata harian dari 1866 (zaman Belanda) hingga tahun 2010 kemarin menunjukkan peningkatan 1.6 derajat Celsius selama 130 tahun.
"Pemanasan lokal Jakarta ini lebih kuat 1,4 kali dibanding pemanasan global yang tercatat 0.86 derajat Celsius pada periode yang sama," ujarnya.
Lebih lanjut Siswanto berkata kandungan panas di lautan menjadi sumber energi siklon tropis. Oleh karena itu, siklon tropis lebih mudah tumbuh dan berkembang akibat pemanasan global.
Akan tetapi Siswanto mengingatkan bahwa pemanasan global ini berkaitan dengan tren semakin sering atau semakin kuat siklon tropis di era iklim zaman sekarang.
"Bukan menjelaskan mengapa terjadi kejadian siklon tropis Seroja. Kejadian individual siklon tropis disebabkan oleh dinamika cuaca di atmosfer dan lautan pada saat itu," ujar Siswanto.
Di sisi lain Siswanto menyampaikan siklon tropis ini bukan fenomena baru, sejak dahulu kala sudah ada dan pernah terjadi. Di sekitar Flores telah terdokumentasi kejadian siklon pada 1973 yang menewaskan ribuan orang.
"Tetapi memang berdasarkan data, bibit-bibit siklon yang muncul, tumbuh, berkembang dan melintas di wilayah Indonesia atau di dekatnya lebih sering terjadi pada era iklim sekarang ini," ujarnya.