Pengamat Sebut Tugu Roda Terbang yang Bakal Dibangun Pemko Pekanbaru Tak Cerminkan Melayu dan Islam
RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Pemerintah Kota Pekanbaru berencana membangun tugu berbentuk roda terbang di kawasan pusat perkantoran Wali Kota Pekanbaru di Tenayan Raya.
Tugu ini dimaksudkan untuk menjadi ikon Kota Pekanbaru dan simbol motivasi Kota Pekanbaru dalam pembangunan.
Namun, rencana ini mendapat berbagai kritik dan kecaman. Apalagi, di saat pandemi Covid-19 yang memaksa semua pihak melakukan efisiensi, rencana yang tidak memiliki manfaat langsung kepada masyarakat dirasa hanya meghambur-hamburkan anggaran.
Bahkan, Pengamat Perkotaan Universitas Islam Riau, Mardianto Manan menyebut rencana ini tidak mencerminkan Melayu dan Islam yang ada pada diri Kota Pekanbaru.
"Hakikinya Kota Pekanbaru ini kan kota Melayu, dunia Melayu yang identik dengan Islam. Sedangkan tugu-tuguan itu tidak identik dengan Islam. Kita ini pernah jadi pusat budaya Melayu se-Asia Tenggara. Kalau bikin tugu-tugu terus, ke mana larinya? Kok rasa-rasa ke Tiongkok jadinya kita," ujar Manan kepada Riaumandiri.co, Kamis (11/2/2021).
"Ditambah lagi situasi Covid-19 seperti ini. Kita semua sedang merampingkan anggaran. Semua dipangkas. Terus kita malah mau bangun tugu yang tak tahu untung dan maknanya. Kita buka aja sama Indra Pomi dan Firsaus (Wali Kota Pekanbaru) itu, apa sih untungnya bikin tugu itu?," tambahnya.
Selain itu, pengamat sekaligus legislator asal PAN ini juga mengatakan jumlah tugu di Pekanbaru sudah sangat banyak. Usai dibangun, tugu-tugu tersebut justru tak dirawat yang malah merusak nilai estetika kota.
"Belasan tugu kita punya terbuang sia-sia saja kan? Tugu Batik di dekat Akap sana sudah pudar. Tugu Selamat Datang di simpang SKA sudah tumbah, entah ke mana pindahnya lagi. Tugu Pesawat udah terbang pula, udah pensiun. Tugu Keris menghujam ke bumi katanya salah pula kemarin itu. Belum lagi Tugu Bambu Runcing, Tugu Bahenol di depan kantor gubernur. Tidak ada urgensinya tugu-tugu ini," paparnya.
Manan mengungkapkan, harapan hanya tinggal pada pihak legislatif. Sebab, wacana eksekutif akan disambut oleh legislatif baru kemudian bisa dijalankan.
"Kalau pembangunan ini belum masuk APBD, wacananya bisa dibatalkan. Kita berharap sama dewan yang terhormatlah. Nanti kita jadi tahu mana dewan yang pro rakyat, mana yang pro proyek," ungkapnya.
"Tapi kalau Indra Pomi dan Firdaus sudah begini, lalu DPRD Kota Pekanbaru yang dipimpin Hamdani yang notabene berpartai Islami juga menyetujui, saya tidak tahu lagi apa yang mau dicakap. Artinya kita mengimbau legislatif agar menggunakan hati nurani, sama-sama kita menjaga nilai-nilai budaya Melayu, mengesahkan sesuatu yang bermanfaat bagi rakyat. Tidak melakukan hal sia-sia seperti membangun tugu ini," tambahnya.
Manan juga menjelaskan, apabila pembangunan Tugu Roda Terbang di Kota Pekanbaru juga dimaksudkan sebagai simbol cita-cita menjadi smart city, maka tujuan tersebut salah kaprah. Sebab menurutnya, konsep smart city ada di alam pikir masyarakat serta bermain pada teknologi digital macam Android. Bukan fisik nyata seperti tugu dan sebagainya.
"Kalau fisik nyata, kita kembali seperti zaman primitif. Patung-patung itu primitif itu," tutupnya.