Bank BUMN Perbesar Porsi Pendapatan Komisi
JAKARTA (HR)- Para bankir BUMN memperbesar porsi pendapatan dari kantong lain yakni pendapatan berbasis komisi atau fee based income. Pasalnya, pendapatan keuntungan dari bunga kredit terus tergerus akibat dari pembengkakan biaya dana (cost of fund), serta perlambatan kredit dan penurunan bunga kredit.
Asmawi Syam, Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI), mengatakan, pihaknya akan memperbesar porsi fee based income menjadi 10 persen-15 persen terhadap total pendapatan, dari porsi pendapatan komisi sebesar 6 persen. “Kami memproyeksikan pertumbuhan fee income sebesar 20 persen pada tahun ini,” katanya.
BRI mencatat pertumbuhan fee income sebesar 24,9 persen menjadi Rp6,1 triliun per Desember 2014, dibandingkan posisi Rp4,9 triliun per Desember 2013. Kontribusi fee terbesar dari komisi administrasi sebesar 57,0 persen, kemudian fee dari e-banking sebesar 19,9 persen, dan fee dari trade finance sebesar 8,9 persen.
Asmawi menambahkan, strategi untuk mencapai target fee income adalah menambah jumlah electronic channel (e-channel) sebanyak 79.022 sehingga menjadi 231.445 e-channel. Kemudian, BRI akan menambah 29.317 agen BRILink sehingga total mencapai 50.000 agen, serta menambah 29.662 outlet sehingga memiliki 60.759 outlet.
Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri, mengaku, fee based income berkontribusi 30 persen terhadap laba Mandiri. Besarnya porsi pendapatan komisi itu karena nasabah mulai gemar bertransaksi menggunakan e-banking. “Kami menargetkan porsi pendapatan fee income naik sebesar 1 persen-2 persen setiap tahun,” ucap Budi.
Adapun, bank berlogo pita emas ini membidik pertumbuhan fee income sebesar 15 persen pada tahun ini, dari pertumbuhan sebesar 2,8 persen atau mencapai Rp9,13 triliun per Desember 2014, dibandingkan posisi Rp8,70 triliun per Desember 2013. “Transactional banking menjadi penyumbang fee income,” tambahnya.
Perbankan Tanah Air kini lebih modern untuk bisnis transactional banking. Misalnya, masyarakat mulai gemar menggunakan e-banking untuk transaksi keuangan seperti transfer, tarik tunai, pembelian pulsa, pembayaran listrik dan air. Serta, dorong perusahaan menggunakan fasilitas perbankan seperti layanan L/C untuk trade finance atau hedging valuta asing (valas).
Achmad Baequni, Direktur Bank Negara Indonesia (BNI), menyampaikan, fee income menjadi fokus utama perusahaan untuk memperoleh keuntungan pada tahun ini. BNI adalah bank paling besar memperoleh keuntungan komisi dengan nilai mencapai Rp 10,7 triliun pada akhir Desember 2014. “BNI menargetkan pertumbuhan fee income sebesar 20 persen pada tahun ini,” katanya.(kon/ara)