Jerinx: Yang Cengeng Itu Mereka yang Langgar Protokol Kesehatan Namun Lepas dari Jerat Hukum
RIAUMANDIRI.ID, BALI -Jerinx membacakan surat pernyataan dirinya kepada publik usai kasusnya dilimpahkan oleh Polda Bali kepada Kejaksaan Negeri (Kejari) Bali, pada Kamis (27/8/2020). Ia membacakan surat tersebut di Gedung Direskrimsus Polda Bali, di hadapan awak media untuk disampaikan kepada publik.
Butir pertama, 13 Agustus 2020 Polisi mengadakan swab tes kepada saya di rutan Polda dan disaksikan oleh seluruh tahanan dan petugas jaga. Kemarin, hasil tes saya keluar dan hasilnya adalah negatif.
Yang mana, artinya sejak saya sebelum ditahan 12 Agustus 2020. Saya tidak membahayakan nyawa siapa pun. Penting dicatat, sejak 4 Juni 2020 setiap hari saya kontak langsung dengan ratusan bahkan ribuan orang terkait kegiatan bagi-bagi pangan gratis di Twice Bar pada warga yang membutuhkan.
Kami juga berbagi satu gelas beramai-ramai. Jika, saya boleh memberi masukan sebaiknya IDI atau Kementrian Kesehatan meneliti kondisi saya untuk menemukan penjelasan ilmiah kenapa saya tidak terjangkit Covid-19.
"Saya siap lahir batin menjadi relawan agar bangsa yang saya cintai ini, bisa lekas terbebas dari rasa takut yang berlebihan," kata Jerinx.
Kemudian, butir kedua ia mengatakan sebagai warga Indonesia saya berhak mengajukan penangguhan penahanan dan hal ini dilindungi oleh Undang-undang. Saya mengajukan, bukan karena saya cengeng tapi karena saya melihat banyak sekali kejanggalan dan konflik kepentingan dalam kasus saya. Detail kejanggalannya, bisa dipelajari ditanyangan hotroom-nya Hotman Paris yang membahas kasus saya, ada di YouTube.
"Tolong dicatat saya belum dinyatakan bersalah oleh pengadilan. Jadi, biarkan saya bertarung di pengadilan dan apa pun keputusan pengadilan nanti, saya akan terima dengan kesatria. Sekali lagi, saya bukan cengeng saya tidak cengeng. Yang cengeng itu adalah mereka-mereka yang melanggar protokol kesehatan namun lepas dari jerat hukum karena mereka dekat dengan kekuasaan," jelasnya.
"Yang blengih (cengeng) sejati itu, adalah mereka-mereka yang tidak perna memberikan makan warganya. Tetapi menertawai sesama rakyatnya yang berjuang mati-matian memberi makan ratusan perut kelaparan setiap hari tanpa pamrih. Yang tidak berpendidikan adalah mereka yang memanfaatkan kekuasaan menginjak rakyat lalu berlagak sok paling suci seolah tanpa dosa. Leluhur Bali tidak buta karma akan datang," ujar Jerinx.
Sementara untuk butir ketiga. Jerinx menyampaikan saya mohon kepada kawan-kawan saya yang santun kawan-kawan saya yang cerdas memiliki pergaulan luas, agar jangan diam saja melihat ketidakadilan yang menimpa rakyat kecil. Terkait kebijakan swab, rapid test dan lain-lain.
Negara kita memiliki anggaran ratusan triliun rupiah sudah seharusnya tidak ada lagi yang namanya rakyat, terutama rakyat tidak mampu membayar swab tes atau rapid test dan dengan anggaran sebanyak itu sudah seharusnya tidak ada lagi namanya warga kita yang kelaparan akibat pandemi.
"Jadi kelaparan harus diberi solusi yang nyata karena kelaparan adalah sumber utama lahirnya kriminalitas. Kawan-kawan saya di rumah tahanan di Polda Bali hampir 90 persen itu di dalam karena mereka di PHK karena pandemi akhirnya mereka terpaksa di penjara jadi kelaparan adalah sumber utama kriminalitas," ujarnya.
"Penutup, kawan-kawanku yang cerdas dan kritis tolong gunakan santunmu membela yang lemah. Gunakan wawasan adiluhungmu dalam melindungi rakyat kecil, buktikan kepada dunia jika sopan santun adalah satu-satunya cara untuk membebaskan bangsa ini dari penjajahan. Merdeka," ujar Jerinx.