Kiai NU yang Meninggal Sejam Setelah Istri Disalatkan di Masjid Tertua Bantaeng
RIAUMANDIRI.ID, Makassar - KH Muhammad Idrus Makkawaru (76), kiai NU yang meninggal berselang satu jam setelah menuntun sakaratulmaut istrinya, Siti Saniah (64), dimakamkan di kampung halamannya di Bantaeng, Sulawesi Selatan. Kiai NU dan istri tercintanya itu juga sempat disalatkan di masjid tertua Bantaeng, Masjid Taqwa Tompong.
"Disalati di Masjid Tompong, masjid tertua di Bantaeng," kata menantu almarhum, Saharullah, Selasa (18/8/2020).
KH Muhammad Idrus memang warga asli Bantaeng, Sulawesi Selatan. Masjid Tompong disebut sangat dekat dengan kediaman sang kiai di Kelurahan Letta, Bantaeng.
"Karena di situmi dulu jemaahnya, di belakang rumahnya itu masjid itu," kata Saharullah.
Sang kiai disebut pernah menjabat sebagai Ketua Departmen Agama Kabupaten Bantaeng antara tahun 1989-2000. Saat kiai NU itu disemayamkan di kediamannya di Bantaeng, Bupati Bantaeng disebut sempat datang melayat.
"Dia (Bupati) datang melayat, tapi dia tidak sempat mengantar ke kuburan. Dia sempat juga memberikan sambutan," katanya.
Menurut Saharullah, di masjid tertua Bantaeng itulah mertuanya banyak-banyak menghabiskan waktu dengan mengisi jadwal ceramah, termasuk ke wilayah di sekitar Bantaeng.
"Dia dulu penceramah memang, dia itu wilayahnya Bulukumba, Jeneponto, Bantaeng," beber Saharullah.
Sebelumnya, anak tertua almarhum, Ahmad Mujahid mengatakan ayahnya itu merupakan anggota Nahdlatul Ulama (NU) sejak muda. Ayahnya bahkan pernah menjabat Ketua Tanfidziyah NU Kabupaten Bantaeng.
Diberitakan sebelumnya, KH Muhammad Idrus Makkawaru menjadi perhatian di media sosial. Pasalnya, sang kiai sempat menuntun istrinya, Siti Saniah untuk mengucapkan kalimat syahadat hingga ia juga ikut meninggal berselang 1 jam kemudian.
Sang kiai bersama pasangannya itu meninggal pada Minggu (16/8) di Kelurahan Katangka, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Selanjutnya keduanya dibawa dan dimakamkan di kampung halamannya di Bantaeng, pada Senin (17/8).
"Dimakamkan itu pas habis zuhur," pungkas Saharullah.