Riau Dapat Bantuan Ventilator dari Singapura
RIAUMANDIRI.ID, PEKANBARU - Provinsi Riau mendapat bantuan alat ventilator dari perusahaan Singapura. Hal tersebut diungkapkan Gubernur Syamsuar saat memimpin rapat percepatan penanganan Covid-19 bersama Forkopimda Provinsi Riau. Ketika itu, beberapa kabupaten mengeluhkan kurangnya alat ventilator di rumah sakit daerah yang menjadi rujukan penanganan Covid-19.
"Saya dengar beberapa kabupaten kekurangan ventilator. Nanti akan kita salurkan. Kemarin kita dapat bantuan ventilator dari perusahaan Singapura," ungkap Syamsuar, Kamis (6/8/2020), di Balai Pauh Janggi Pekanbaru.
Namun, Syamsuar mengatakan tak berharap ventilator sampai digunakan. Sebab, ventilator biasanya digunakan pasien-pasien Covid-19 dengan tingkatan yang sudah kronis.
"Cuma kalau bisa janganlah sampai pakai ventilator. Kata dokter ventilator itu terakhir. Kalau sudah terakhir, khawatir juga kita kan," jelasnya.
Dilansir dari Alodokter, ventilator membantu pasien yang sulit bernapas secara mandiri untuk mendapatkan udara layaknya bernapas secara normal. Mesin ventilator akan mengatur proses menghirup dan menghembuskan napas pada pasien. Ventilator akan memompa udara selama beberapa detik untuk menyalurkan oksigen ke paru-paru pasien, lalu berhenti memompa agar udara keluar dengan sendirinya dari paru-paru.
Selain itu, selama terhubung dengan ventilator, pasien yang masih sadar tidak dapat bicara atau makan melalui mulut karena ada selang yang masuk ke dalam tenggorokan.
Seperti dikutip dari The Guardian, Deputi Direktur Pusat Perawatan Terpadu Universitas Melbourne, Prof David Story mengatakan, pada pasien Covid-19 parah, suatu kondisi yang disebut sindrom gangguan pernapasan akut (acute respiratory distress syndrome atau Ards) yang mengancam jiwa bisa muncul. Kondisi tersebut membutuhkan ventilator untuk memberikan volume oksigen dan udara yang lebih kecil, tetapi pada tingkat yang lebih tinggi.
"Alasan mengapa saat ini dibutuhkan ventilitator, karena tanpa ventilator, pasien (Covid-19) akan meninggal," ungkapnya.
Reporter: M Ihsan Yurin