Kasus Covid-19 di Riau Terus Meningkat, Proses Belajar Mengajar Gunakan 3 Metode
RIAUMANDIRI.ID, PEKANBARU - Dinas Pendidikan Provinsi Riau belum mengeluarkan surat edaran untuk proses belajar mengajar langsung tatap muka, mengingat kasus penyebaran Covid-19 di Riau masih terus meningkat. Proses belajar masih tetap menggunakan tiga metode pembelajaran yakni melalui daring, e-learning, dan blended learning.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Riau, Zul Ikram, menjelaskan sejauh ini belum ada kebijakan baru untuk mengatasi persoalan yang dikeluhkan orang tua siswa. Dimana proses pembelajaran melalui daring masih menyulitkan. Terutama bagi masyarakat yang tidak memiliki hanphone, termasuk jaringan internet yang tidak masuk di daerah terpencil.
"Solusinya masih seperti yang kemarin, polanya tidak hanya daring, tapi ada learning, blended learning. Jadi ada tiga pola yang bisa dipilih siswa. Jika ada daerah yang tidak bisa daring, maka anak yang bersangkutan masih bisa datang ke sekolah. Karena setiap sekolah kita stanby-kan guru, untuk menyampaikan bahan tugas dan mengumpulkan tugas siswa," ujar Zul Ikram.
Dijelaskan Zul Ikram, jika siswa ada keterbatasan fasilitas dan kuota pada pola belajar daring, maka bisa menggunakan pola kedua atau ketiga, sehingga semua siswa tetap belajar walaupun tanpa daring.
"Jadi siswa bisa mengantar tugas yang diberikan guru di sekolah. Memang kita akui ada beberapa daerah yang tidak bisa terjangkau jaringan internet. Termasuk siswa yang tidak mempunyai android, mereka bisa mengerjakan tugas dari guru dan mengantarkannya ke sekolah,” jelas Zul Ikram.
Disinggung mengenai dana Bosda bisa digunakan sekolah untuk sistem daring, Zul Ikram mengatakan kalau dari Bosda petukjuk teknisnya belum sampai ke sana. Pihaknya masih menunggu petunjuk teknis dari pemerintah untuk penggunaan Bosda. Namun, untuk anggaran Bosnas memang kebijakannya sudah dibuat oleh pemerintah untuk memfasilitasi guru untuk mentransfer pembelajaran.
"Itu memang ada Permendikbudnya, tapi yang untuk siswa saya lihat dulu Permendikbudnya. Yang jelas ada ruang yang bisa digunakan untuk proses pembelajaran daring, karena sekarang semua serba virtual," jelasnya.
Untuk diketahui, proses belajar mengajar dengan siatem daring dikeluhkan oleh masyarakat. Selain memakan waktu orangtua di rumah yang ikut mengajar anak-anak, juga tidak pahamnya masyarakat menggunakan daring. Termasuk besarnya anggaran pembelian paket internet, tidak hanya untuk satu anak, namun untuk dua sampai tiga anak.
Reporter: Nurmadi