Meski Pandemi, RAPP Tetap Salurkan Beasiswa Bagi Mahasiswa
RIAUMANDIRI.ID, PELALAWAN - Sebanyak 100 mahasiswa dari lima kabupaten di Riau memperoleh beasiswa pendidikan perguruan tinggi dari program pendidikan Community Development (CD) PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).
Manajer CD RAPP, BR Binahidra Logiardi mengatakan beasiswa tersebut disalurkan kepada mahasiswa berprestasi namun kurang mampu secara ekonomi yang berada di desa-desa sekitar daerah operasional perusahaan.
"Program ini sudah memasuki tahun kelima dan dengan jumlah penerima sebanyak 120 orang dari berbagai perguruan tinggi di Riau," ujar Binahidra, ketika dihubungi Ahad (28/6/2020) di Pangkalan Kerinci.
Binahidra menjelaskan sektor pendidikan menjadi salah satu fokus utama perusahaan sehingga dapat mendukung program pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Kemudian secara jangka panjang membawa dampak pada pengentasan kemiskinan.
"Program ini juga berkontribusi pada tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) 2030, terutama pada nomor 1, 4, dan 8," imbuhnya.
Koordinator Program Pendidikan dan Beasiswa CD RAPP, Vonne Kandou mengatakan program beasiswa tetap berlanjut meski di situasi pandemi dengan mengikuti protokol kesehatan. Perusahaan berbasis di Pelalawan, Riau ini menggelontorkan sebanyak Rp700 juta bagi 100 mahasiswa di tahun 2020.
"Seleksinya telah dilakukan akhir tahun lalu, sebelum masa Covid-19, tim survei kita langsung turun ke lapangan untuk berkoordinasi dengan pihak desa," ujarnya.
Akibat pandemi Covid-19, bimbingan dan pemantauan tidak dilakukan secara tatap muka, melainkan dengan konferensi video daring (online). Di sana para mahasiswa mendapatkan arahan dan motivasi agar dapat mempertahankan prestasinya.
"Acara penyerahan beasiswa juga kita lakukan secara video daring dan ini merupakan wujud komitmen kami terhadap dunia pendidikan," tambahnya.
Salah satu penerima beasiswa, Mizen Nozisca (22), mengaku bangga bisa meraih beasiswa dari RAPP. Meskipun awalnya, ia harus bekerja keras untuk mendaftar di kampus impiannya.
"Saya sempat galau awalnya, mak kurang setuju (kuliah) karena keadaan ekonomi," kenang putra kelahiran Inuman, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau.
Namun Mizen tak putus asa. Ia terus meyakinkan sang ibu agar memberi restu dan tidak perlu pusing memikirkan biaya.
Berbagai pekerjaan akhirnya ditekuni Mizen selama setahun demi mengumpulkan modal. Mulai dari tukang angkat galon air minum, kerja di kedai nasi ampera, hingga menjadi buruh harian. Setelah modal cukup, ia mendaftar ujian masuk perguruan tinggi negeri di Pekanbaru. Mizen pun diterima di jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, UIN Suska Riau dan memperoleh beasiswa hingga saat ini.
"Saya bersyukur sekarang sudah bisa melihat mak tersenyum, saya kuliah tanpa memberatkan mak dan bisa kirim uang ke mak di kampung," ungkapnya.
Yuliana Sartika (21), mengaku nyaris berhenti kuliah lantaran sang ayah yang mendadak sakit terkena serangan jantung.
"Waktu itu ayah harus segera dioperasi dan butuh biaya tak sedikit, sehingga saya diminta untuk tidak kuliah lagi," tutur putri kelahiran Rantau Panjang, Buatan, Siak, Riau ini.
Tika, begitu dia disapa, kemudian mendengar adanya informasi beasiswa perguruan tinggi. Peluang inipun hampir saja terlewat karena diketahui sehari sebelum penutupan.
"Langsung cepat saya urus semuanya waktu itu dan alhamdulillah saya lolos. Kalau tidak, mungkin saya berhenti kuliah di tengah jalan," tukasnya.
Program beasiswa ini memberi bantuan kepada mahasiswa sebesar Rp7 juta per tahun. Syaratnya mereka harus mempertahankan nilai Indeks Prestasi (IP) dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimum 3.00 selama semester 1 hingga semester 8. ***