Luhut Sebut Indonesia Tidak Bisa Terlepas dari China
RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menerangkan, Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh dari China. Pasalnya pengaruh negeri Tirai Bambu itu terhadap perekonomian global sangat besar, namun Ia mengungkapkan hubungan Indonesia dan China sering jadi nyinyiran baik terkait investasi dan tenaga kerja.
"Dampak Covid-19 ini ada dampak di Tiongkok, kita nyinyir lihat Tiongkok. Tiongkok itu 18% mengontrol ekonomi dunia. Kita suka tidak suka saya harus sampaikan, kita ndak bisa ignore keberadaan dia (China). Nah ini punya dampak. Apalagi jarak kita dekat dengan dia," ujar Luhut saat rapat dengan Badan Anggaran DPR, Senin (22/6/2020).
Menurutnya letak geografis yang berdekatan antara Indonesia dengan China juga menjadi salah satu faktor yang membuat perekonomian Indonesia tak dapat terlepas dari China. Tidak hanya China, Luhut menekankan Indonesia juga berhubungan dengan negara lainnya, baik dengan negara Timur Tengah dan Amerika Serikat.
"Apalagi jarak kita dekat dengan dia sehingga kita harus memelihara dalam soft power antara bagaimana kita berhubungan dengan Timur Tengah, bagaimana dengan Tiongkok, bagaimana dengan Amerika Serikat," kata dia.
Oleh karena itu, sejak Joko Widodo menjabat presiden Indonesia, Luhut menyebut bahwa hubungan antara Indonesia dengan China, Timur Tengah dan Amerika Serikat sangat baik. Salah satunya, investasi yang masuk pertama kali ke Tanah Air dari Abu Dhabi sebanyak USD20 miliar dan keseluruhan statusnya on going.
"Sekarang zaman Presiden Jokowi saya kira hubungan kita dengan tiga-tiga ini (China, UEA, AS) saya boleh katakan sangat baik. Kita dengan Abu Dhabi saya pikir baru pertama kali ada investasi yang masuk hampir USD20 miliar sepanjang sejarah republik. Dan itu semua on going," paparnya.
"Kedua dengan Tiongkok, saya pikir investasi terus meningkat dan mereka mematuhi kriteria yang kita berikan. Jadi tidak sekadar masuk, ada lima kriteria untuk masuk Indonesia; pertama, dia harus bawa first class technology, kedua, dia harus teknologi transfer, ketiga, dia harus added value, empat, dia harus melakukan b to b untuk menghindari deperated. Kelima, dia harus menggunakan tenaga kerja Indonesia sebanyak mungkin," terang Luhut.