Kronologi dan Fakta-Fakta Pesawat Tempur Hawk 0209 TT yang Jatuh di Riau
RIAUMANDIRI.ID, PEKANBARU – Pangkalan Udara (Lanud) Roesmin Noerjadin memiliki dua skadron tempur. Selain Skadron Udara 12, juga ada Skadron Udara 16. Pesawat tempur Hawk 0209 TT yang jatuh itu merupakan peswat yang berada di Skadron Udara (Skandud) 12 yang kondisinya dinilai laik terbang.
"Pesawat laik terbang karena telah melalui proses pengecekan. Beberapa hari sebelumnya juga melaksanakan misi penerbangan dan berlangsung normal," ujar KSAU, Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, Senin (15/6/2020).
Dijelaskan KSAU, pesawat tempur buatan Inggris tahun 1990 dan hingga saat ini telah menghabiskan 3.100 jam terbang. Meski telah berusia 30 tahun, pesawat itu dinilai masih dianggap layak mengingat jam terbang dinilai normal.
"Ini sebenarnya usia 3.100 jam tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Normal dari sisi usia penerbangan," terang KSAU.
Untuk itu, pihaknya akan segera melakukan investigasi mendalam terkait insiden tersebut. Diperkirakan, butuh dua pekan untuk melakukan investigasi guna mengetahui penyebab jatuhnya pesawat tersebut.
Selama investigasi itu pula, dia mengatakan akan menghentikan sementara aktivitas penerbangan Hawk 100/200.
"Kita akan melaksanakan investigasi. Dan ini membutuhkan waktu yang nantinya diharap dapat menemukan jawaban penyebab kecelakaan ini," ujarnya.
"Setelah kejadian ini, saya perintahkan untuk stop flying (terbang,red) dulu. Saya tidak nyatakan ini grounded, kita stop dulu pengoperasiannya untuk melaksanakan proses investigasi," tegas dia.
Pesawat Hawk 0209 TT yang jatuh itu diketahui baru selesai melaksanakan misi latihan tempur di Siabu, Kampar. Ada tiga pesawat yang terbang ke areal latihan militer Siabu pada Senin pagi sekitar pukul 07.00 WIB. Satu jam kemudian, pesawat itu menyelesaikan misi dan kembali ke Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru.
"Tiga pesawat selesai melaksanakan latihan penembakan di Siabu akan kembali untuk mendarat. Pada saat kembali, pesawat berurutan pesawat 1, 2 dan 3. Yang kecelakaan itu posisi terakhir, ke-3," terang Marsekal TNI Fadjar.
Sesaat sebelum jatuh, Lettu Pnb Aprianto Ismail, pilot tunggal pesawat itu sempat melaporkan terjadi keganjilan pada bagian mesin. Kemudian, lampu indikator peringatan juga menyala yang mengindikasikan adanya kerusakan bagian mesin.
Selain itu, pilot juga sempat merasakan adanya suara ledakan pada bagian mesin hingga mesin pesawat benar-benar kehilangan daya hingga terhempas dan jatuh menimpa rumah warga.
Lokasi jatuhnya pesawat berada sekitar dua kilometer dari ujung landasan. Pesawat juga diketahui berada 500 kaki ketika kehilangan tenaga dan jatuh menimpa rumah warga.
"Penerbang melaporkan terjadi keanehan di mesin. Ada suara aneh diikuti lampu peringatan menyala ketika terjadi sesuatu tidak benar di mesin. Mesin kemudian kehilangan tenaga atau lost power," ungkap KSAU.
"Namun pada saat itu komunikasi masih normal dan pilot memutuskan untuk eject dengan kursi pelontar," sambungnya.
Hingga kini, bangkai pesawat masih berada di lokasi kejadian. Pesawat itu urung dievakuasi karena TNI AU masih akan melakukan investigasi terkait insiden tersebut. Truk crane yang sempat berada di lokasi kejadian juga telah ditarik kembali.
"Evakuasi pesawat mungkin masih ada beberapa hari, kita masih akan melakukan investigasi," pungkas KSAU.