Jusuf Kalla Peringatkan Jangan Coba-coba Herd Immunity di Indonesia, Ini Alasannya
RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA – Ada asumsi liar berkembang bahwa orang-orang bakal kebal terhadap virus Corona apabila semua masyarakat sudah mempunyai kekebalan terhadap virus Corona. Istilahnya, masyarakat sudah mencapai herd immunity (kekebalan kawanan) karena sudah pernah terpapar virus itu.
Jusuf Kalla (JK) memperingatkan agar tidak ada yang mencoba membiarkan penularan virus Corona di Indonesia supaya herd immunity tercapai.
"Jadi jangan coba-coba yang begini. Korbannya banyak, pasti," kata Jusuf Kalla dalam Webinar Universitas Indonesia soal Segitiga Virus Corona
Pria yang pernah menjabat Wakil Presiden dari Presiden SBY dan Presiden Jokowi ini menyampaikan herd immunity bakal menimbulkan bahaya, yakni korban jiwa yang banyak.
Teorinya, semakin banyak orang yang terpapar virus, maka semakin banyak pula orang yang bakal kebal virus. Namun efek sampingnya akan ada banyak orang yang tewas karena virus itu.
"Negara apa yang ingin seperti itu? Dan itu tidak dianjurkan oleh WHO atau lembaga apapun untuk main coba-coba. Itu belum pasti lagi imun, bisa saja mati," kata JK.
JK mengulas herd immunity yang konon dituju oleh Swedia, karena negara Skandinavia itu tidak melakukan lockdown. Akibatnya, tingkat kematian di Swedia lima kali lipat dibanding negara-negara tetangganya.
"Kalau korban materi barangkali bisa saja diganti, tapi kalau korban jiwa bagaimana?" kata JK.
JK menyampaikan WHO tidak menganjurkan negara menempuh jalan menuju herd immunity melalui pembiaran penularan virus Corona. Pemerintah Indonesia sendiri sudah menjamin tak akan menerapkan cara itu.
"Herd immunity itu kalau di text book ada, tapi di kita siapa yang memakai? Kalau herd immunity, maka kenapa harus ada PSBB?" kata juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, Achmad Yurianto (Yuri), Kamis (14/5) lalu.
Yuri melihat cara pembiaran untuk mencapai herd immunity mirip seperti hukum rimba. Namun itu tidak ada di Indonesia.
"Herd immunity itu kan cuma hukum rimba saja, yang kuat bakal hidup dan yang tidak kuat bakal mati. Kalau seperti itu ngapain pemerintah dari awal capek-capek mengurus ini semua? Biarkan saja kalau yang masih hidup maka itu nanti yang akan melanjutkan. Itu namanya herd immunity. Kalau kita mau membiarkan herd immunity, ngapain kita berlelah-lelah membikin gugus tugas dan segala macamnya?" tutur Yurianto