Ibu Hamil Positif Corona Ditolak Sejumlah RS saat Lahiran, Begini Nasib Bayinya
RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA – Seorang Ibu bernama Dyah Setyaningrum menceritakan pengalamannya ketika hendak melahirkan anak keduanya. Mengingat, saat itu berdasarkan hasil swab test, dirinya positif COVID-19.
"Saya takut, takut saya. Jadi saya takut seperti kalau misalkan kandungan saya bagaimana? Anak saya yang ada di kandungan seperti apa nanti? Terus anak saya nomor 1, suami saya, semuanya. Saya takut juga dikucilkan. Lebih takut lagi nanti saya harus ke mana, saya harus lahiran di mana," kata Dyah dalam video yang dilihat melalui YouTube TNI AD, Jumat (15/5/2020).
Dyah melahirkan di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Sebelumnya, ia sempat mendapatkan penolakan di beberapa RS. Awalnya, ia sempat takut apabila RSPAD Gatot Subroto juga menolaknya. Ia tidak bisa membayangkan betapa sakitnya jika kembali menerima penolakan.
"Saya sempat takut juga sih (kalau) ternyata sampai sana saya sudah kesakitan terus ditolak seperti itu kan pasti saya harus ke mana lagi kan. Alhamdulillah-nya dari RSPAD langsung menerima saya, langsung mengecek keadaan saya sama kandungan saya, mereka langsung cek semuanya. Jadi saya bersyukur sekali karena itu," ungkapnya.
Terpisah, Tim Medis RSPAD Gatot Subroto menjelaskan kondisi pasien ketika tiba di UGD. Adapun, pasien tiba di RS pada 22 April 2020 pukul 06.15 WIB. Kondisinya, pasien mengalami pecah ketuban dengan hasil rapid tes menyatakan positif virus Corona. Setelah itu, tim medis segera melaksanakan pemeriksaan lebih lanjut.
"Jadi lahir di UGD, sempat pecah ketuban. Kemudian rapid tesnya positif. Kemudian, kita lakukan swab di RSPAD dan hasilnya positif," kata Dokter Spesialis Anak RSPAD Gatot Soebroto dr. Yenny Purnama.
Pukul 08.15 WIB prosedur persalinan berlangsung setelah pasien mengalami bukaan lengkap. Proses persalinan dilakukan oleh tim medis di ruang operasi bertekanan negatif.
Akhirnya, bayi lahir dalam kondisi bugar. Namun, karena lahir dari ibu positif Corona, tim medis pun memutuskan untuk melakukan swab test terhadap bayi sebanyak 2 kali. Hasilnya, bayi tidak terjangkit COVID-19.
"Bayi ini lahirnya bugar. Dia lahir dari ibu positif COVID-19. Kita anggap sebagai bayi yang kontak sangat erat tinggi. Sehingga, bayi tersebut direncanakan swab dua kali, 24 jam dan 48 jam. Swab pertama dan kedua hasilnya negatif. Dan diputuskan bayi ini tidak tertular," ungkap Yenny.
Setelah melahirkan, Dyah dipisahkan sementara dengan bayinya. Atas hal ini, Dyah sempat merasa bingung karena tidak bisa melihat anaknya. Bahkan, ia tidak diperkenankan untuk menyusui anaknya. Hal ini dilakukan untuk melindungi bayi dari paparan COVID-19.
"Waktu itu saya bingung sebenarnya, posisi sudah habis lahiran masih sakit kayak begitu, kemudian dijauhkan dari anak. Dari lahir, anak saya, keluar itu langsung dibawa perawat ke ruang bayi. Saya nggak sempat lihat anak saya, saya nggak bisa menyusui, harus membuang ASI saya," ceritanya.
Selain Dyah, diketahui pula bahwa sang suami yang merupakan anggota TNI AD dinyatakan positif virus Corona. Kini, suaminya masih menjalani perawatan di Paviliun Soeharjo, RSPAD Gatot Subroto. Namun, anak pertama Dyah yang juga di tes swab hasilnya negatif COVID-19.
"Anak saya yang pertama selama ini tidur sama saya. Saya nggak menyangka juga dia juga negatif. Anak yang saya kandung selama 9 bulan juga negatif. Jadi saya nggak menyangka saja. Mungkin keajaiban lah. Saya harap suami cepat pulang ke rumah, lekas sembuh, semoga wabahnya cepat selesai. Anak nggak ada yang terpisah dari ibunya. Istri juga nggak ada yang terpisah dari suaminya. Seperti itu. Semoga cepat selesai wabah ini," imbuhnya.
Terpisah, Kepala Staf TNI-AD (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa mengungkapkan bahwa Dyah sempat mendapatkan penolakan dari beberapa RS. Padahal, saat itu kondisinya dalam keadaan kritis dan bisa fatal apabila tidak segera mendapatkan pertolongan.
"Saya dapat info soalnya, jadi si ibu istrinya pratu ini rupanya sudah ke satu atau dua RS sebelum ke RSPAD tapi ditolak. Ditolak kemudian minta tolong benar di RSPAD kemudian di RSPAD diterima sehingga sampai melahirkan. Dan itu sudah pecah ketuban kalau terlambat pasti meninggal," kata Jenderal TNI Andika Perkasa.