Kuliah Online Dinilai Tidak Efektif, Dosen UIN Riau: Makanya Harus Punya Strategi
RIAUMANDIRI.ID, PEKANBARU - Sejak pemerintah mengeluarkan imbauan melakukan aktivitas apa pun dari rumah terkait pandemi Covid-19 yang kian mewabah, salah satu kegiatan yang terkena imbasnya adalah perkuliahan.
Kegiatan perkuliahan kini dilakukan via online menggunakan aplikasi seperti Zoom dan Google Class Room. Namun, banyak mahasiswa mengeluh sebab bukan saja menghabiskan banyak kuota, kuliah via online dirasa tidak ramah terhadap masyarakat yang tinggal di desa. Sebab, untuk bisa "nyaman" di dalam ruang online, diperlukan akses sinyal yang kuat.
"Ya, memang situasi kita sedang darurat. Jadi ya kalau kondisi sekarang pasti tidak akan semaksimal dan seefisien kondisi normal," ungkap Dosen UIN Suska Riau sekaligus Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi, Yantos kepada Riaumandiri.id, Jumat (24/4/2020).
Yantos menyebutkan, dalam kondisi seperti sekarang mestinya dosen tidak berpaku pada satu metode. Meskipun tetap harus menjalankan perkuliahan via online, tapi kalau hanya mengandalkan satu aplikasi atau satu cara akan sangat merugikan mahasiswa.
"Sebenarnya saya sering menyampaikan ke dosen-dosen. Makanya kita harus punya strategi, planning, jadi tidak hanya satu cara pengajaran. Dosen itu selain punya ilmu, harus mengerti cara menguasai kelas. Dikombinasikanlah, divariasikan. Kita kan bisa memberikan tugas-tugas yang memastikan mereka tidak akan mungkin meniru atau mencontek. Artinya, walaupun mereka diberikan kebebasan mengerjakan tugas, tapi kita harus punya cara mengontrol mereka mengerjakan sendiri dan dengan pemikiran sendiri," ujarnya.
"Kalau cuma mau online (hanya menggunakan aplikasi konferensi video) berapa lama sih kuatnya? Apalagi sekarang udah meributkan pulsalah, jaringanlah. Nah, itu cuma salah satu cara saja. Akhirnya kan sampai ada itu mahasiswa yang enggak bisa ikut kegiatan perkuliahan karena kampung dia jauh, enggak ada jaringan, enggak ada pulsa. Apa hal seperti ini kita biarkan tanpa disiasati?" tambahnya.
Salah satu mahasiswa UIN Suska, Bagus Pribadi mengaku merasa sangat dirugikan dengan kebijakan kuliah online. Menurutnya, meskipun kondisi sedang darurat dan menjadikan via online sebagai satu-satunya cara, harusnya perkulihan tetap bisa dimaksmalkan.
"Istilahnya kuliah sekarang ini lebih rugi. Yang aku alami, materi-materi di kelas udah enggak dikasih lagi. Cuma dikasih sedikit pengantar, terus langsung tugas. Cuma dua paragraf aja kan itu bukan materi," ujarnya.
"Itu pun cuma beberapa dosen. Dosen yang lain malah enggak ada ngapa-ngapain. Ada mata kuliahnya tapi enggak ngapa-ngapain. Jadi ada yang cuma ngasih tugas tanpa materi, ada juga yang enggak ngapa-ngapain. Kebanyakan kayak gitu. Nanti pas masuk di jam kuliahnya, langsung absen aja di Google Class Room. Suruh isi di kolom komentar. Tanpa materi, tanpa apa-apa," tambahnya.
"Kalau memang cuma via online ini satu-satunya cara di tengah pandemi ini, ya enggak apa-apa. Tapi diimbangilah sama yang dikasih. Kita bayar UKT itu kan kalau dikaji udah sesuai sama fasilitas segala macam untuk belajar seperti biasa kan? Bukan kayak sekarang. Nah kalau kuliahnya kayak gini, terus perhitungannya gimana?" tutupnya.
Mahasiswa lain, Nur Rohim Laras juga merasa kuliah via online sangat tidak efektif. Namun menurutnya, jika dosen tepat memberikan tugas, juga akan membuat mahasiswa produktif meski hanya dari rumah masing-masing.
"Dari beberapa mata kuliah, enggak lebih dari setengahnya yang ngasih kami tugas agar kami lebih produktif. Kayak misalnya mata kuliah jurnalisme online, menurut aku tugas-tugasnya sangat membuat kami produktif meskipun jadi terhalang untuk ke lapangan gara-gara Covid ini. Tapi, ada juga bahkan yang selama via online ini baru sekali ngasih tugas dan absenya terus jalan," ujar Laras.
"Cuma masalah yang sering itu ada di teman-teman yang di daerah. Mereka susah sinyal. Kami pun, meskipun ada sinyal, tapi kan enggak selalu ada kuota. Makanya dari 100 persen, paling cuma 45 persen dari kuliah via online ini yang efektif dan bikin kami jadi produktif," tutupnya.
Reporter: M. Ihsan Yurin