Gempar! Peneliti Sebut Ada 32 Ribu Kasus Positif Covid-19 di Jakarta
RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Sebuah riset yang dilakukan kalangan peneliti lintas universitas memperkirakan sudah ada 32 ribu kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta. Angka itu jauh di atas kasus konfirmasi positif di ibu kota, yaitu 1.903 kasus (corona.jakarta.go.id, Ahad, 12 April 2020).
?Perkiraan jumlah kasus Covid-19 ini adalah bagian dari pemodelan terkait wabah Covid-19 di Indonesia yang dibuat oleh pakar dari berbagai universitas dan tim SimcovID.
Peneliti yang terlibat mengerjakan penelitian ini berasal dari ITB, Unpad, UGM, Essex and Khalifa University, University of Southern Denmark, Oxford University, ITS, Universitas Brawijaya, dan Universitas Nusa Cendana.
Penelitian ini menggunakan data 31 Maret 2020. Saat itu, data pemerintah menyebut ada 747 kasus positif Covid-19 di Jakarta. Namun, menurut penelitian itu, data yang tercatat hanyalah 2,3 persen dari yang sebenarnya, yakni 32 ribu kasus positif COVID-19.
"Jakarta memiliki kepadatan kasus Covid-19 tertinggi di Indonesia, dengan 315 kasus untuk setiap 100 ribu populasi," demikian kesimpulan yang tertera dalam 'Modelling Update' SimcovID Team, draf diterima detik.com seperti dikutip cnbcindonesia.com, Minggu (12/4/2020).
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan Dany Amrul Ichdan merespons temuan itu. Ia meminta agar hasil riset yang bertujuan membangun kolaborasi data dapat dipaparkan detail di dalam Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dan Kementerian Kesehatan.
"KSP akan membantu fasilitasi (jika diperlukan), dengan semangat saling membantu program prioritas negara, bergotong royong mencari solusi percepatan terbaik, dan bersinergi mencegah penularan yang lebih besar lagi," ujar Dany dilansir detik.com.
"Research yang accountable tentu terdiri atas metodologi ilmiah yang bisa diuji secara empiris, baik teknik pengambilan sampel, alat analisis dan pengolahan data statistik yang harus diadakan 'peer review' dalam scope akademis, dan best practice-nya, dalam hal ini adalah framework-nya public health, apakah indikator variabelnya sudah mendalami trend public health DKI khususnya, daerah episentrum atau belum," lanjutnya.
Menurut Dany, dalam menganalisis kasus positif Covid-19 masyarakat Jakarta saat ini, seharusnya disesuaikan dengan keputusan PSBB. Hal itu, lanjut dia, akan membuat kesimpulan riset lebih terukur.?
"Research modelling-nya harus dijelaskan detail operasional variabelnya, skala likert ataupun ukuran lainnya dalam model SERQD yang digunakan untuk membuktikan memang secara empiris adanya kasus yang tidak terdeteksi," kata Dany.