Effendi Gazali: Pemerintah Kurang Siap Hadapi Virus Corona
RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Pakar komunikasi dari Universitas Indonesia (UI) Effendi Gazali menilai pemerintah kurang siap dan agak terlambat dalam mengantisipasi penyebaran virus corona atau Covid-19.
"Fakta tidak boleh disembunyikan bahwa kita kurang siap. Kita terlambat mengatasi corona, iya," kata Effendi Gazali dalam diskusi bertema "Membangun Integritas Komunikasi dalam Internalisasi Nilai Pancasila", di Media Center Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (173/2020) bersama Ketua MPR Bambang Soesatyo, mantan komisioner KPK Saut Situmorang dan Staff Khusus Dewan Pengarah BPIP Romo Benny Susetyo.
Bahkan, kata Effendi Gazali, organisasi kesehatan dunia atau WHO saja terlihat canggung dan gugup dalam menghadapi virus corona yang telah membunuh lebih lima ribu orang di lebih 150 negara.
"Saya rasa WHO pun berada pada posisi canggung dan gugup-gugup. Tidak semua bisa diantisipasi oleh WHO. Kalau betul dia membayangkan bahwa ini akan punya potensi pandemi, maka dia dari awal akan melakukan atau mendorong upaya upaya yang lebih cepat," kata Effendi.
"Tidak boleh kita bilang bahwa ini lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Sudah tidak benar itu. Rumah sakit kita siap. Kalau mau jujur belum siap. Dua minggu lalu di sebuah acara televisi saya tanya kepada pihak rumah sakit ada berapa rumah sakit di Indonesia. Dia menyebutkan 2.800. Berapa yang siap betul baru tiga," jelas Effendi.
Kepada wartawan yang hadir dalam diskusi itu, Effendi meminta dalam teknis penulisan berita untuk menghindari narasi yang mengandung konflik antara pejabat dalam masalah penanganan virus corona ini.
Namun terkait fakta yang ditemukan di lapangan dia minta tidak perlu ditutup-tutupi. Seperti faktanya hand sanitizer atau antiseptik pembersih tangan dan masker yang masih susah diperoleh dan masih mahal harganya.
"Kenapa antiseptik pencuci tangan dan masker masih langka dan masih mahal? Temen-temen wartawan ngotot saja dan kejar. Kenapa demikian dan siapa yang harus memberi perhatian dengan usulan-usulan yang riil?" kata Effendi.
Terkait adanya usulan lockdown dengan menutup bandara agar orang nggak boleh keluar-masuk, Effendi Gazali tidak setuju. Yang perlu dikampanyekan sekarang menurut dia adalah sosial lockdown atau soft lockdown.
"Itu artinya lockdown sendiri oleh warga negara atau karena dia punya pemahaman sosial dan itu kata kuncinya adalah mohon maaf, menguji kepemimpinan yang sedang ada dalam hal ini termasuk bahwa presiden, para menteri, BPIP, ketua MPR, saya sebagai ilmuwan komunikasi dengan ikatan sarjana komunikasi Indonesia dan teman-teman wartawan semuanya," katanya.
"Lockdown dalam konteks keamanan, kita perlu memperhitungkan juga teman-teman kita yang secara ekonomi yang mendapatkan gaji harian dengan jumlah yang sangat banyak. Kita tidak bisa berfikir di negara lain yang ada sosial securitynya. Mereka tidak kerjapun ada jaminan sosialnya," ulasanya.
Reporter: Syafril Amir