Sejarawan dan Budayawan Ramai-ramai Bantah Klaim Ridwan Saidi soal Galuh 'Brutal'
RIAUMANDIRI.ID, Ciamis - Menanggapi pernyataan budayawan Betawi, Ridwan Saidi, yang membuat masyarakat Ciamis tersinggung, Pemkab Ciamis mengundang dan mengumpulkan sejarawan dan budayawan melalui 'Gelar Usik Galuh' di Aula Setda Ciamis, Kamis (20/2/2020).
Dalam 'Gelar Usik Galuh', Pemkab Ciamis menghadirkan sejarawan, Nina Herlina dan Sobana, Rektor Universitas Galuh Yat Rospia Brata dan budayawan yang juga aktor, Budi Dalton.
Dalam pertemuan itu dibahas soal ucapan Ridwan Saidi dalam channel YouTube, yang menyatakan galuh artinya brutal dan di Ciamis tidak ada kerajaan, serta prasasti yang ada selama ini palsu.
Semua narasumber yang ada, tidak sependapat dengan pernyataan Ridwan Saidi. Nina dan Sobana serta Budi Dalton menyakini adanya Kerajaan Galuh, yang didukung dengan bukti yang kongkrit dan telah dilakukan penelitian selama puluhan tahun.
Nina mengatakan sejauh ini belum menemukan Galug artinya brutal. Nina juga menyatakan bahwa prasasti yang ada di Astana Gede Kawali asli. Dalam penelitiannya di Astana Gede, ia tak hanya sendiri, tapi melibatkan ahli arkeolog dan ahli-ahli lainnya. Itu dilakukan sebagai ilmu bantu, karena yang membaca prasasti adalah arkeolog bukan sejarawan.
"Kerajaan Galuh itu ada, buktinya pada Prasasti Canggal yang ditemukan di Magelang Gunung Wukir. Di prasasti itu menyebutkan Sanjaya anak Sanna jadi penguasa. Itu di Galuh. Itu tahun 732 Masehi. Pasca Tarumanagara runtuh. Prasasti di Astana Gede juga menjelaskan bahwa Kawali dulu adalah pusat Kerajaan Galuh," tutur Nina.
Nina menjelaskan bahwa di Astana Gede Kawali juga ditemukan keramik zaman Yuan dan Dinasti Ming, peninggalan abad 13-14. Itu membuktikan ada perdagangan internasional.
Budi Dalton mengaku tersinggung dengan ucapan galuh artinya brutal yang disampaikan Ridwan Saidi. "Sampai saat ini saya belum menemukan kamus Armenia English, galuh itu artinya brutal. Di perut saya ada tato 'Galuh Pakuan'," ujar Budi Dalton.
Setelah mendapat penjelasan dari para nara sumber, moderator meminta masukan dari budayawan dan warga Ciamis untuk menyikapi persoalan tersebut. Sebagian warga mengambil hikmah dari kejadian ini, sebagai momentum untuk menyatakan bahwa Kerajaan Galuh ada dan besar. Namun ada sebagian warga yang tetap meminta untuk menempuh secara hukum.
Dalam forum tersebut juga disebut-sebut usulan nama Kabupaten Galuh untuk kembali digunakan menggantikan nama Ciamis. Hal itu mendapat persetujuan dari seluruh masyarakat yang hadir.
Ketua DPRD Ciamis Nanang Permana buka suara soal klaim Ridwan Saidi. "Hampura ges weh (dimaafkan saja), bahwa eksistensi Galuh tak ditentukan Ridwan Saidi," ujar Nanang.