Pilot Dikurung dalam Toilet
Dramatis. Begitulah gambaran yang terjadi sebelum pesawat Germanwings, jatuh menghantam pegunungan Alpen, Prancis, pekan lalu. Salah satunya adalah gambaran tentang sang pilot yang sengaja dikurung kopilot di dalam toilet, beberapa saat sebelum pesawat itu jatuh.
Transkip itu semakin menguatkan dugaan, bahwa pesawat itu jatuh karena disengaja kopilot Andreas Lubitz. Ketika berencana akan mendarat, Andreas diduga sengaja menurunkan tinggi pesawat hingga akhirnya membentur salah satu batu di kawasan Pegunungan Alpen, Prancis.
Gambaran itu terungkap dalam rilis transkrip rekaman dari kotak hitam pesawat Germanwings naas itu. Dalam rilis yang dikeluarkan surat kabar Jerman, Bild, tergambar bagaimana sang pilot yang berusaha mati-matian agar bisa masuk ke ruang kokpit, di saat kopilot dengan sengaja menurunkan ketinggian pesawat.
Seperti dilansir Dailymail, Minggu (29/3), sang pilot, kapten Patrick Sondheimer sempat berteriak 'Open the goddamn door!' saat dirinya mencoba masuk kembali ke kokpit usai pergi ke toilet.
Rekaman tersebut dimulai dengan Kapten Sondheimer menyampaikan permintaan maaf kepada para penumpang atas keterlambatan selama 26 menit di Barcelona, Spanyol.
Dalam waktu 20 menit berikutnya, pilot Sondheimer bercakap-cakap dengan kopilot Andreas Lubitz. Di antara percakapan mereka berdua, Sondheimer mengungkapkan dirinya yang tidak sempat pergi ke toilet sebelum pesawat bertolak dari Barcelona. Lubitz pun mengatakan, pilot Sondheimer bisa ke toilet kapan saja dan dia akan mengambil alih kemudi pesawat.
Pada pukul 10.27 waktu setempat, pesawat Airbus A320 tersebut mencapai ketinggian 38 ribu kaki. Pilot kemudian mengatakan pada Lubitz untuk bersiap mendarat di Dusseldorf, Jerman.
Menurut jaksa Prancis, jawaban-jawaban Lubitz saat itu singkat-singkat saja. Kopilot terdengar menggunakan kata-kata "semoga saja" dan "kita lihat nanti".
Setelah pemeriksaan untuk pendaratan, Lubitz berkata kepada Sondheimer: 'You can go now.'
Dua menit kemudian pilot menyuruh Lubitz untuk mengambil alih kemudi: 'You can take over.' Setelah itu terdengar suara kursi digeser mundur dan suara pintu tertutup.
Pada pukul 10.29 waktu setempat, radar penerbangan memonitor bahwa pesawat menurunkan ketinggian. Pada pukul 10.30 waktu setempat, pesawat turun 316 kaki dan semenit kemudian, turun 1.800 kaki. Pada pukul 10.32, petugas menara ATC berusaha menghubungi pesawat, namun tak ada respons.
Sementara di waktu bersamaan, sinyal tanda bahaya otomatis 'Sink Rate' berbunyi di kokpit. Tak lama kemudian terdengar suara keras, yang kedengaran seperti seseorang mencoba mendobrak pintu kokpit. Sondheimer berteriak: 'For God's sake, open the door!'
Di belakangnya, terdengar suara penumpang menjerit-jerit panik.
Pada pukul 10.35, terdengar suara logam keras (diyakini kapak) yang dibenturkan ke pintu kokpit. Saat itu, pesawat masih berada di atas ketinggian 7 ribu kaki. Sekitar 90 detik kemudian ada pesan peringatan: 'Ground! Pull up! Pull up!'
Pilot pun terdengar berteriak: 'Open the goddamn door!'
Pada pukul 10.38 waktu setempat, pesawat terus menukik turun mengarah ke pegunungan Alpen, Prancis. Suara napas Lubitz bisa terdengar di kokpit namun dia tak berkata-kata. Pada pukul 10.40 waktu setempat, bagian sayap kanan pesawat jatuh menghantam pegunungan. Suara-suara terakhir yang terdengar adalah jeritan histeris para penumpang.
Dari Pelayan Burger King
Sebelum berkarir sebagai pilot, Andreas Lubitz pernah bekerja sebagai pelayan restoran cepat saji Burger King di kota kecil Montabaur, Jerman. Pria berumur 28 tahun itu tugasnya menyajikan kentang goreng.
Menurut manajer cabang resto tersebut, Detlef Aldolf seperti dilansir The Guardian, Minggu (29/3), ia menyebut Lubitz sebagai pria yang bisa diandalkan dan tak suka menarik perhatian.
Lubitz bergaji 400 euro per bulan dari pekerjaannya itu. Pekerjaan itu digeluti Lubitz selama satu tahun sebelum kemudian berhenti untuk bergabung dengan maskapai Lufthansa, induk maskapai Germanwings.
Namun pada tahun 2009, dikatakan Aldolf, Lubitz tiba-tiba muncul kembali di kota Montabaur. Padahal Lufthansa telah mengirimnya untuk mengikuti pelatihan pilot, yang awalnya di Bremen, Jerman dan kemudian di Phoenix, Arizona, AS.
Saat bertemu Lubitz, Aldolf menanyakan tentang pelatihan tersebut. "Terlalu banyak stres," jawab Lubitz kala itu. "Saya mau rehat dulu," imbuhnya. Menurut Aldolf, saat itu, Lubitz terlihat capek.
Seperti diketahui, pada 24 Maret lalu, pesawat yang dikopiloti Lubitz jatuh menghantam kaki pegunungan Alpen, Prancis. Pesawat yang mengangkut 150 orang itu hancur berkeping-keping dan tak satu pun jenazah yang ditemukan masih utuh.
Jaksa-jaksa Prancis menyatakan, Lubitz dengan sengaja menjatuhkan pesawat Airbus A320 tersebut. Para penyelidik tengah memastikan kondisi kejiwaan Lubitz yang tidak stabil sebagai pemicu perbuatan kejinya itu.
Lubitz ternyata memiliki riwayat penyakit depresi parah dan bahkan mengalami gangguan penglihatan yang serius. Bahkan dokter yang merawatnya telah menuliskan surat keterangan agar Lubitz tidak bekerja di hari jatuhnya pesawat di Alpen, Prancis. (dtc, ral, sis)