Ketua PWI Riau: Budaya Amplop dan Upah Layak Wartawan Tidak Ada Hubungannya
RIAUMANDIRI.ID, PEKANBARU - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, Minggu (27/1/2020) kemarin merilis upah layak bagi para wartawan pemula di wilayah ibu kota. Tahun ini besaran upah yang dianggap ideal dan memenuhi komponen dari mulai kebutuhan kerja hingga kebutuhan hidup berada di angka Rp8.793.000.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Riau, Zulmansyah Sekedang mengaku sangat mendukung usulan tersebut. Namun katanya, standar Jakarta tidak bisa disamakan dengan daerah luar Jakarta.
"Kita setuju dengan rilisnya AJI. Cuma kan tidak semua perusahaan sanggup menggaji seperti itu. Kalau kita tetap mengacu pada besaran upah yang ditetapkan pemerintah daerah. Ada UMK ada UMP. Kalau AJI kan rilis yang layak di Jakarta. Nah kan standar Jakarta tentu tidak bisa disamakan sama daerah. Lagipula layak ini juga relatif. Tapi kita support lah. Makin besar gaji makin bagus," jelasnya usai memberi sambutan pada kegiatan donor darah yang ditaja PWI Riau dalam rangka Hari Pers Nasional 2020 di mal SKA, Selasa (28/1/2020).
Zulmansyah juga mengatakan, PWI Riau akan membantu perusahaan media di Riau agar mampu menggaji layak wartawan dengan mendorong perusahaan bekerja lebih keras.
"Yang enggak mampu menggaji UMK tentu kita dorong supaya perusahaannya bekerja lebih keras agar bisa menggaji wartawaannya, minimal sesuai UMK," terangnya.
Namun, saat ditanya apakah upaya PWI hanya sekadar mendorong, Zulmansyah tidak menerangkan secara detail bagaimana kelayakan upah tersebut dapat terwujud. Malah, ia mengatakan masih banyak wartawan yang ikhlas bekerja meski gaji di bawah standar UMK.
"Terus mau diapain lagi coba? Tapi masih banyak kok teman-teman kita yang ikhlas juga walau digaji di bawah UMK. Buktinya mereka enggak pindah perusahaan kan? Tetap saja kerja di situ. Ya makanya perusahaannyalah yang kita dorong agar mencari pendapatan lebih banyak," pungkasnya.
Zulmansyah juga menyatakan, fenomena uang amplop pada wartawan tidak ada hubungannya dengan upah layak, melainkan soal integritas.
"Oh enggak, itu soal integritas. Orang gaji besar kalau integritasnya rendah, amplopnya akan diambil juga. Itu soal integritas. Enggak ada urusan gaji kecil gaji besar. Kan sama dengan koruptor itu," tutupnya.
Sementara, Andreas Harsono, peraih beasiswa Nieman Fellowship on Journalism di Harvard University justru menyatakan wartawan tidak akan bisa bekerja sesuai prinsip dan idealisme yang benar jika tidak digaji sesuai standar.
"Tak mungkin bisa jadi wartawan yang benar bila digaji di bawah UMR," ungkapnya.
Reporter: M. Ihsan Yurin