Ratusan Ribu Orang Beri Penghormatan
Singapura (HR)-Lebih 415.000 orang, sama dengan 12 persen dari penduduk Singapura, telah mengunjungi gedung parlemen untuk memeberikan penghormatan terakhir kepada mantan Perdana Menteri Lee Kuan Yew, kata pejabat-pejabat pada Sabtu.
Informasi terbaru dari Komite Penyelenggara Pemakaman Negara menyebutkan antrian orang-orang yang berkabung untuk masuk ke gedung itu akan ditutup pukul 20.00 waktu setempat dalam persiapan bagi kremasi negarawan Asia itu pada Ahad.
Jumlah orang yang datang berduyun-duyun pada Jumat malam memaksa pemerintah untuk membatalkan antrian panjang yang hendak masuk demi alasan keamanan tetapi dibuka kembali sebelum fajar pada Sabtu karena antrian sudah berkurang.
Jasad Lee dibaringkan di lobi utama parlemen sejak Rabu setelah ia wafat pada Senin pada usia 91 tahun.
Ia akan dikremasi dalam suatu upacara yang khusus dihadiri keluarga dan orang-orang terdekat pada Ahad setelah pemakaman oleh negara yang akan dihadiri para pemimpin Asia-Pasifik dan tokoh-tokoh dunia.
Pada Sabtu, mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat dan teman lama Lee, Henry Kissinger, termasuk di antara para pengunjung VIP yang datang untuk menyampaikan penghormatan terakhir.
Prabowo Subianto juga memberikan penghormatan terakhirnya bersama dengan taipan Internet Tiongkok Jack Ma.
Pada Sabtu siang, waktu bagi masyarakat yang berniat melihat peti jenazah Lee telah dikurangi jadi empat jam dari sebelumnya 10 jam.
"Ibuku bercerita tentang kisah-kisah bagaimana Tuan Lee pemimpin baik bagi Singapura. Ia telah banyak membantu orang dengan memberi mereka negeri yang indah dan bersih," kata Annabel Lee, seorang siswa berusia delapan tahun. Ia bersama ibunya antri untuk memberikan penghormatan terakhir.
Negara kota itu berpenduduk 5,5 juta orang tetapi hanya 3,34 juta di antaranya adalah warga negaranya. Sisanya merupakan pekerja tamu, ekspatriat dan keluarga mereka.
Orang-orang menunggu dengan sabar dalam antrian mulai dari Padang, alun-alun yang digunakan untuk olahraga, konser dan parade Hari Nasional.
"Ini hari terakhir dan saya mengatakan kepada istri saya bahwa saya harus datang memberikan penghormatan terakhir, tak masalah apapun yang terjadi," ujar S. Sangarapandy, 60 tahun, seorang sopir pegawai pemerintah. Ia terisak-isak terkenang kembali dengan Lee yang terharu di televisi ketika mengumumkan pemisahan Singapura dari Malaysia pada 1965, demikian AFP.(ant/yuk)