Penjelasan PDIP Terkait Sindiran Megawati Pada Kepala Daerah Minta Lewat Belakang
RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA – Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri menyindir calon kepala daerah yang meminta rekomendasinya lewat pintu belakang. PDIP menyebut peristiwa calon pemimpin yang meminta langsung rekomendasi Mega itu pada saat gelaran Rakernas I PDIP.
Sindiran itu disampaikan Mega beberapa waktu lalu saat menghadiri perayaan Natal keluarga besar PDIP, di Manado, Sulawesi Utara. Mega kala itu mengungkapkan adanya calon pemimpin yang ingin maju dalam Pilkada dan meminta langsung rekomendasi kepadanya.
PDIP pun menjelaskan maksud pernyataan Mega. Ketua Bidang Pemenangan Pemilu PDIP, Bambang Wurianto mengungkapkan adanya kader yang nyelonong meminta langsung rekomendasi Mega itu terjadi pada saat Rakernas PDIP.
"Begini, itu orang mungkin merasa kenal sama Ibu Ketum, sementara di PDIP kita tahu kekuasaan di Ibu Ketum, kemudian orang itu nyelonong minta rekomendasi. Karena merasa sudah dekat," kata Bambang kepada wartawan, Senin (20/1/2020).
"Kalau tidak salah peristiwa itu terjadi pada saat Rakernas, nah itukan tidak bener. Meski kita itu hirarkinya komando tetapi setiap proses ada prosedurnya," sambung Bambang.
Menurut Bambang, calon kepala daerah itu seharusnya mengikuti prosedur yang ditetapkan PDIP. Sebab, prosedur tersebut juga untuk edukasi politik bagi calon kepala daerah.
"Prosedurnya yaitu mendaftar, kemudian mengikuti proses yang ada, termasuk bikin paper, diskusi, visi-misi, kan begitu. Sekaligus pendaftaran itu kan juga dipakai untuk education soal politik. Bagi PDIP, forum tersebut menjadi forum untuk melakukan edukasi partai," ujar Bambang.
Maka itu, Bambang menyebut Mega tak berkenan dengan cara calon kepala daerah yang meminta rekomendasi dari belakang. Padahal, di dalam tubuh PDIP, Megawati mengajarkan tertib berorganisasi.
"Jadi maka kalau seperti itu (rekomendasi dari belakang), maka pasti Ibu (Megawati) tak berkenan. Karena ada tahap yang lengkapi, ini kan tertib berorganisasi, itu yang diajarkan kepada kami," sebut Bambang.
Bambang mengaku tak mengetahui calon kepala daerah yang disindir Megawati. Namun, menurut dia, kemungkinan permintaan rekomendasi calon kepala daerah tersebut dilakukan saat waktu istirahat Rakernas I PDIP.
"Kalau daerahnya saya nggak tahu, tapi peristiwa itu terjadi pada saat Rakernas. Itu mungkin pada saat istirahat, makan bersama, kita nggak tahu, detailnya nggak tahu. Tapi itu menyinggung pada saat rakernas. Tapi itu kan karena keakraban. Kalau sudah akrab dengan Ibu Ketum, semua selesai," pungkas dia.