Soal 'Maksiat' di Padang, PKS dan Gerindra Saling Sindir
RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA – Politikus PKS saling sindir dengan politikus Gerindra di media sosial. Sentil menyentil itu terkait persoalan adanya maksiat di Kota Padang, Sumatera Barat.
Adalah politikus PKS Mardani Ali Sera dan Mahyeldi Ansharullah, yang merupakan Wali Kota Padang, dengan politikus Gerindra Andre Rosiade yang saling sindir melalui sebuah video. Saling sindir tersebut bermula dari unggahan Mardani di akun Instagramnya dengan judul 'Bincang Ringan dengan Walikota Padang Buya Mahyeldi Ansharullah'.
Diintip pada Sabtu (11/1/2020), dalam video yang diunggah, Mardani bersama Mahyeldi menjawab soal tudingan banyaknya maksiat di Padang. Mardani meminta penjelasan Mahyeldi soal tudingan itu.
"Saya lagi banyak dapat info nih, ada yang teriak-teriak di Padang kok banyak maksiat. Gimana ini ceritanya ini taz," tanya Mardani ke Mahyeldi.
"Oh iya iya. Kalau kata Buya Hamka kan begitu. Kalau seandainya seseorang niatnya pergi ke mana gitu pasti akan ketemu," jawab Mahyeldi yang kemudian dipotong Mardani.
"Kalau mau kutipan lengkapnya, ada yang ngeluh soal ke Buya Hamka. Kok saya melihat banyak pelacur di satu daerah. Kata Buya Hamka saya ke Amerika saya ketemunya ustaz semua. Kata Buya Hamka ke mana anda melangkah ke situ anda bertemu. Jadi Padang tetap bagus?" timpal Mardani lagi.
Mahyeldi kemudian menjelaskan bahwa Kota Padang sudah jauh mengalami perubahan besar sejak dipimpinnya. Dia tak memungkiri masih adanya maksiat, namun ditegaskannya Kota Padang kini sudah jauh berubah lebih baik.
"Dan dalam realisasi pembangunan seperti Pantai Padang, yang saya katakan tadi dulu susah segan kita ke sana, sudah kita rubah. Ribuan pedagang kita relokasi di sana. Kemudian di Pantai Air Manis lagi, kemudian di Pasar Raya lagi. Sudah ada beberapa tempat perubahannya. Kalau dikatakan masih ada, tentu masih ada," kata Mahyeldi.
"Tidak ada yang sempurna," timpal Mardani.
Usut punya usut, video itu untuk menjawab tudingan politikus Gerindra, Andre Rosiade yang menggelar razia tempat hiburan malam di Padang beberapa waktu lalu. Andre kala itu menyayangkan menjamurnya tempat hiburan di Padang, padahal kota itu dipimpin oleh seorang buya.
Merasa tersindir, Andre pun merespons video tersebut. Andre sedih Mardani dan Mahyeldi justru berlindung di balik kata-kata Buya Hamka.
"Pak Mardani Ali Sera yang saya hormati. Saya tentu sedih mendengarkan kata Pak Mardani mengeluarkan kata-kata Buya Hamka. Sedih mungkin juga Buya Hamka di kuburannya, bahwa kata-kata beliau seakan-akan dijadikan pembenaran melihat Wali Kota Padang yang terindikasi diam terhadap maksiat," ujar Andre.
Andre pun mengundang Mardani untuk datang ke Padang dan menyaksikan sendiri perihal masih menjamurnya tempat-tempat maksiat. Dia menegaskan tudingannya bukan cuma pepesan kosong belaka.
"Pak Mardani dalam kesempatan ini bapak sebagai orang yang saya hormati saya undang ke Kota Padang, akomodasi, tiket saya siapkan untuk bapak. Melihat langsung karaoke-karaoke ilegal yang menjual miras secara ilegal. Kita lihat langsung panti pijat yang terindikasi plus-plus di Kota Padang dan tempat kemaksiatan lainnya. Supaya bapak tahu Wali Kota yang bapak dukung terindikasi diam, mandul terhadap kemaksiatan," tuturnya.
Anggota DPR itu kemudian menjelaskan alasannya 'berteriak' soal maksiat di Padang. Andre mengatakan hal itu lantaran Mahyeldi tak menanggapi aduannya soal menjamurnya tempat hiburan sejak 2017 lalu.
"Akhirnya saya tentu sebagai orang yang lahir dan besar di kota Padang, tidak ingin kota kelahiran saya diberi azab dan laknat oleh Allah. Apalagi aspirasi rakyat begitu banyak kepada saya. Akhirnya kami melakukan razia bersama Satpol PP, SK4 dan Dinas Perdagangan itu terbukti. Ya. Terbukti. Seharusnya bapak meminta Pak Wali Kota untuk evaluasi dan introspeksi bukan berlindung di balik kata-kata Buya Hamka," kata Andre.