Diharamkan Pendirinya, WhatsApp di Bawah Facebook akan Ada Iklan
RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA – Tahun 2020 ini dipastikan akan ada perubahan besar pada aplikasi berkirim pesan, WhatsApp. Iklan bakal lalu lalang di aplikasi messaging terbesar dunia ini, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Ya, sejak berdiri pada tahun 2009, WhatsApp sampai saat ini tidak ada iklan. Tapi pertengahan tahun silam, Facebook selaku pemilik WhatsApp telah mengumumkan iklan akan masuk WhatsApp pada tahun 2020 ini, baik di versi Android maupun iOS.
Pengumuman tersebut dibuat Facebook di event Facebook Marketing Summit. Analis media sosial Matt Navarra berhasil mengambil foto dari presentasi yang memperlihatkan tampilan iklan tersebut yang akan muncul di fitur 'Status'
Iklan yang muncul terlihat sama dengan postingan status WhatsApp seperti biasa dan memenuhi seluruh layar. Bedanya jika status WhatsApp memperlihatkan nama kontak, di iklan ini terlihat nama perusahaan yang memasang iklan.
Selain itu di bawah iklan ini akan ada link yang dapat di-swipe up untuk melihat informasi lebih lanjut tentang produk yang diiklankan.
Belum diketahui apakah untuk saat ini Facebook memiliki rencana desain lain untuk iklan di dalam WhatsApp. Mungkin saja perusahaan yang bermarkas di Menlo Park, AS ini dapat menampilkan iklan alternatif yang lebih kecil yang muncul di antara daftar percakapan.
Saat pengumuman itu tersebar, sebagian pengguna WhatsApp mengutarakan rasa kecewa. "Saya tidak mau ada iklan. Lebih baik bayar USD 50 setahun agar bebas iklan," tulis seorang netizen.
"Bagus, saya yakin separuh user bakal pindah ke Telegram. Oke, selamat tinggal WhatsApp," begitu komentar warganet lainnya.
Apa boleh buat, Facebook sebagai perusahaan tentu ingin pembelian WhatsApp senilai USD 19 miliar pada tahun 2019 bisa menghasilkan timbal balik. Apalagi mengingat jumlah penggunanya yang miliaran.
Langkah tersebut sangat diharamkan para pendiri WhatsApp, Jan Koum serta Brian Acton. Kedua pendiri yang sudah meninggalkan Facebook itu, konon karena tidak setuju dengan rencana iklan di WhatsApp, sejak dulu sudah mengutarakan prinsipnya tersebut.
Tahun 2012, dua tahun sebelum Facebook membeli WhatsApp, Koum menulis soal ketidaksenangan terhadap iklan. "Kami ingin membuat layanan yang ingin dipakai orang. Kami tahu bisa melakukan apa yang menjadi keinginan orang setiap hari, yaitu menghindari iklan," sebut Jan.
"Tak seorangpun bangun dan tertarik melihat lebih banyak iklan, tak seorangpun tidur dengan memikirkan tentang iklan yang akan mereka lihat besok. Kami tahu orang pergi tidur memikirkan tentang siapa yang mereka ajak chat atau kecewa karena tidak melakukanya," papar dia.
Dia menilai iklan merusak estetika dan penghinaan terhadap intelijensi. Koum pun berjanji para engineer di WhatsApp pekerjaannya bukan mengumpulkan data, melainkan membuat fitur-fitur baru atau memperbaiki bug demi para user.
Pada saat itu sebagai metode monetisasi, WhatsApp menarik biaya murah untuk menggunakan layanan, hanya sebesar USD 1. Beberapa tahun setelah dibeli Facebook, metode monetisasi itu dihilangkan.