PBNU: Banjir Ini Musibah, Bukan Azab
RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj menyatakan, NU prihatin dan berduka atas musibah yang menimpa wilayah Jabodetabek.
Menurut Kiai Said bencana banjir ini adalah musibah, bukan azab. "Ini musibah, bukan azab, kalau azab itu khusus orang kafir dan jahat tapi kalau musibah itu mengenai semua, tidak membedakan," ujar dia dalam konferensi pers di kantor PBNU, Jakarta, Kamis (2/1/2020).
Namun ia berpendapat, banjir di wilayah Jakarta dan sekitar menunjukkan tak adanya koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah. Dia pun mengkritik manajemen kebencanaan terhadap peristiwa itu.
"Kami menyimpulkan, punya kesan, bahwa manajemen kebencanaan tidak ada koordinasi antar-kementerian, pemerintah pusat, dan daerah. Sehingga kelihatan gugup dalam menangani musibah yang mengagetkan kita semua," katanya.
Menurut dia, melihat pemberitaan di media massa terlihat tidak ada koordinasi di antaramereka. Kondisi itu, jelasnya, adalah sebuah kecerobohan. "Ini kecerobohan dan keteledoran yang menangani musibah ini," tutur dia.
Meski begitu dia mengakui ada hikmah di balik kejadian banjir ini. Hikmahnya, mendekatkan diri kepada Allah. "Mari jadikan pembelajaran. Semakin memperbaiki diri kita, perbanyak zikir, dalam artian ingat kepada Allah, (melalui) hati dan ucapan," ucapnya.
Atas musibah yang terjadi, NU membuka posko bantuan di Jakarta yang di dalamnya ada dapur umum dan juga sebagai kamp pengungsian. Posko itu juga memberikan bantuan obat-obatan, makanan selimut dan juga pembalut wanita yang memang dibutuhkan dalam keadaan saat ini.