Perkebunan Kopi Dialihkan ke Karet
KEDABU RAPAT (HR)- Sebagian besar masyarakat pekebun kopi selama ini tidak lagi menggantungkan harapannya pada hasil biji kopi. Sebab pekebun selama ini merasa terancam musibah intrusi laut yang tinggi akan mematikan tanaman kopi masyarakat.
Menurut pekebun ini, masa depan pekebun kopi di desa mereka sangat terancam akibat tingginya abrasi dan derasnya intrusi air laut yang semakin jauh menyelusup ke darat.
Dan parahnya, jika musim hujan bersamaan datangnya dengan musim angin utara yang menghasilkan ombak besar, maka akar pohon kopi akan terendam lama. Dan jika pokok kopi tersebut terendam hingga berhari-hari, maka akarnyapun akang berangsur lapuk untuk selanjutnya tanaman akan layu.
“Kita sudah cukup lama mengalami musibah itu. Kalau sebelumnya kita jadikan seluruh permukaan tanah di kebun kita menjadi tanaman kopi. Namun seiring dengan perjalanan waktu, intrusi dan rendaman air hujan yang tidak bisa dialirkan ke laut itu menjadi pemicu terjadinya kematian bagi tanaman kopi,” ungkap Poniran, warga Desa Kedabu Rapat kepada Haluan Riau baru-baru ini.
Didampingi istrinya Siti Nurjanah menuturkan, kalau sebelumnya masyarakat di desa itu menjatuhkan pilihannya terhadap budidaya tanaman kopi. Sebab komoditi kopi dari desa itu memiliki kualitas rasa berbeda dari kopi manapun di nusantara.
Sehingga awalnya masyarakat berlomba-lomba menanam dan memperluas kebun kopi keluarga. Bahkan tanaman kelapa yang sebelumnya menjadi tanaman andalan tersebut tidak lagi dikembangkan hanya untuk memperluas tanaman kopi dimaksud.
Namun, belakangan bencana alam berupa tingginya intrusi air laut itu tidak bisa lagi terbendung. Dan tanaman kopi yang sudah sempat tumbuh itu akhirnya layu sebelum berhasil.
"Dari pada terancam kelaparan, akhirnya satu persatu pekebun kopi mengalihkan tanaman itu ke tanaman karet,” aku Poniran lagi. (jos)