Fahira Idris: Presiden Jokowi Menanggung Beban Ganda
RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Dalam memimpin pemerintahan lima tahun ke depan, Jokowi menanggung beban ganda. Karena tidak hanya dituntut menunaikan janji-janji yang disampaikan pada saat Kampanye Pilpres 2019, tetapi juga menuntaskan janji dan agenda pembangunan yang belum terselesaikan di periode pertamanya.
"Beban ganda ini hanya bisa diurai jika Jokowi mampu setia pada janji kampanye dan tetap fokus kepada agenda pembangunan yang sudah digariskannya," kata anggota DPD RI atau Senator dari DKI Jakarta Fahira Idris, di komplek Parlemen, Senayan Jakarta (22/10).
Fahira menilai, revolusi mental yang didengung-dengungkan Jokowi tidak ada kabar dan ekonomi meroket ternyata cuma angan-angan. Belum lagi kalau berbicara penuntasan kasus HAM, penguatan KPK dan pemberantasan korupsi yang kian tak tentu arah. Fokus pembangunan juga senada.
"Mimpi menjadikan Indonesia poros maritim di dunia, malah yang banyak diresmikan jalan tol. Janji mewujudkan kedaulatan pangan, malah kran impor pangan dibuka begitu lebar. Periode kedua ini Pak Jokowi menanggung beban ganda,” tegas Fahira Idris.
Janji penuntasan kasus HAM masa lalu yang tidak mengalami kemajuan berarti saat ini malah bertambah dengan desakan pengusutan tuntas meninggalnya lima demonstran yang menolak revisi UU KPK. Sementara janji penguatan KPK dan pemberantasan korupsi lima tahun ke depan akan terus dibayangi ketidaktegasan Jokowi terhadap pasal-pasal yang dinilai melemahkan KPK dalam UU KPK terbaru yang sudah resmi berlaku.
Bukan hanya kurang fokus terhadap agenda pembangunan yang sudah ditetapkan, Presiden Jokowi juga terkadang menjalankan program pembangunan yang tidak ada dalam rencana pembangunan nasional. Bahkan program yang tidak ada ini malah dijadikan program prioritas. Salah satu contohnya adalah keinginan keras Jokowi untuk memindahkan ibu kota ke Kalimantan Timur.
“Tidak ada di janji kampanye, tidak ada di RPJMN, tiba-tiba jadi program prioritas. Jalankan pemerintahan tidak bisa spontanitas seperti itu. Inikan soal mengelola negara dan ratusan juta rakyat. Jika periode kedua masih kurang fokus, lima tahun ke depan, Indonesia tidak akan mengalami lompatan kemajuan. Sekarang tergantung Pak Jokowi, selama memimpin negeri ini mau dikenang sebagai apa,” ujar Senator Jakarta ini.
Reporter: Syafril Amir