Kodok Bisa Punah Gara-gara Sakit Jamur Kulit
RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebut, penyakit jamur kulit yang menyerang spesies amfibi bisa menyebabkan penurunan populasi atau terancam punah.
Peneliti Bidang Herpetologi LIPI Amir Hamidy mengatakan, pihaknya bahkan telah mendeteksi penyakit jamur kulit chytridiomycosis mulai menggerogoti spesies amfibi di Pulau Jawa dan Sulawesi.
Jika seekor katak atau kodok terkena chytridiomycosis, maka dia tidak bisa bernafas.
"Jika amfibi terkena penyakit jamur kulit, maka dia tidak bisa bernafas. Kehadiran jamur ini sudah ada di Pulau Jawa dan Sulawesi," kata Amir kepada awak media di kantor LIPI Cibinong, Jawa Barat, Selasa (8/10).
"Laju kepunahan global pun terus melaju. Walaupun amfibi merupakan salah satwa yang terlindungi tapi populasi mereka sedikit," sambungnya.
Jamur chytrid sendiri merupakan salah satu spesies jamur yang paling merusak di seluruh dunia.
Dilansir Phys.org, bagian negara yang paling parah terkena dampak jamur kulit adalah Australia, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.
Peneliti dari Universitas Nasional Australia, Ben Scheele menyebut di Australia misalnya sudah lebih dari 40 spesies katak jumlahnya menurun karena penyakit jamur selama 30 tahun terakhir. Bahkan tujuh spesies katak telah punah.
"Penyakit yang kami pelajari telah menyebabkan kepunahan amfibi massal di seluruh dunia. Kita telah kehilangan beberapa spesies yang sangat menakjubkan," ujar Scheele.
Kendati demikian, Scheele dan tim menemukan bahwa beberapa jenis amfibi bisa bertahan dari serangan jamur ini.
"Di satu sisi, kita juga cukup beruntung bahwa beberapa spesies tahan terhadap jamur chytrid," katanya.