Pelaku Usaha Berhentikan Karyawan
PEKANBARU- Kenaikan tarif dasar listrik yang diberlakukan secara bertahap sejak Juli hingga Desember 2014, menimbulkan dampak buruk terhadap pelaku usaha di Pekanbaru. Mereka terpaksa memberhentikan karyawan, karena tak sanggup membayar gaji.
Mirisnya lagi, kenaikan tersebut tak diiringi dengan kualitas pelayanan yang baik. Dibuktikan dengan masih diberlakukannya pemadaman sepihak hampir di seluruh wilayah Pekanbaru dan sekitarnya.
Dikatakan Ali Asar, pemilik usaha menjahit Erdison Taylor di Jalan S.Parman, naiknya tarif listrik sangat mempengaruhi usaha yang dirintisnya sejak tahun 1983 silam.
Kondisi yang terjadi saat ini membuat usahanya terhambat lantaran beban listrik sejak 6 bulan terakhir mengalami kenaikan yang sangat signifikan. "Payah kali menjalankan usaha sekarang, tiap bulan listrik naik terus mabuk awak," kata Ali Asar, Rabu (17/12).
Kenaikan tarif listrik sangat merugikan dan tak wajar, karena usaha jahitnya hanya membayar tagihan listrik setiap bulan Rp800 ribu dengan daya 2.200 Volt Ampere (VA), kenaikan rata-rata berkisar Rp150 hingga Rp200 ribu.
Padahal segala upaya dilakukan untuk meminimalisir tagihan listrik tiap bulannya, seperti mengurangi tenaga jahit dari 6 orang menjadi 3 orang. Selanjutnya penggunaan AC juga tak diaktifkan lagi.
Namun semua itu, tetap tidak mengurangi tagihan listrik yang harus dibayarnya. Sementara, upah jahit ditetapkan kepada pelanggan masih normal.
"Tengoklah untuk bulan ini saja, saya harus bayar tagihan listrik Rp1,6 juta, biasanya hanya Rp800 ribu, kalau seperti ini terpaksa bulan depan ongkos jahit dinaikkan," katanya sambil melihatkan kuitansi pembayaran listrik kepada Haluan Riau.
Ia berharap PLN berkomitmen melayani masyarakat dan menjelaskan apa yang menjadi kendala, sehingga pemadaman masih saja dilakukan, karena PT PLN saat ini berkilah pemadaman terjadi karena faktor cuaca. Kalau hujan alasan takut disambar petir, tapi kalau kemarau juga masih sering mati.
Kekesalan serupa dialami Ujang, pemilik usaha Alumunium GPN Citra Kaca di Jalan Hangtuah. Menurutnya kondisi yang terjadi saat ini merupakan pukulan kedua kalinya setelah kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Dijelaskannya, naiknya tarif daya listrik menambah beban dari usaha yang dijalaninya, sedangkan harga bahan baku produksi harus dibeli dengan harga mahal, ditambah lagi dengan naiknya tagihan listrik.
Sementara listrik merupakan kebutuhan utama dari usahanya. Menyikapi hal tersebut, Ujang terpaksa memberhentikan beberapa orang karyawannya meski dengan berat hati. "Apa mau dibilang lagi, terpaksa karyawan yang dikurangi, dari pada listrik yang diputus. Kalau sanggup peralatan listrik memakai daya 900 VA, saya akan minta turun daya. Kalau kami selaku pengusaha sangat diberatkan dengan kebijakan ini semua, tolonglah PLN serius melayani kami, jangan tiap sebentar mati lampu, peralatan listrik kami sudah banyak yang rusak," kesal Ujang. (her)