Produk Meranti dengan Cita Rasa Excellent
KABUPATEN Kepulauan Meranti salah satu daerah terbungsu dan terbelakang di Provinsi Riau saat ini. Keterbelakangan daerah ini diyakini karena Kepulauan Meranti selama ini terkesan dijadikan anak tiri.
Perlakuan itu terjadi beberapa dekade lalu. Untunglah, dengan pemekaran itu memaksa daerah ini menggeliat dengan mengejar berbagai ketertinggalan yang terjadi.
Kalau sebelumnya Meranti tidak dianggap sebagai daerah potensi ekonomi, namun ternyata memiliki potensi ekonomi serta berkah alam yang luar biasa.
Tidak banyak daerah di Provinsi Riau yang memiliki berbagai keunggulan alam. Memiliki kekurangan sekaligus memiliki berbagai potensi hasil bumi. Baik dari hasil kulit bumi, dasar laut dan juga perut buminya.
Potensi ini diyakini Meranti nantinya menjadi salah satu daerah di Riau yang memiliki multy potensi alam yang sangat menjanjikan.
Walau daerah ini tidak memiliki air tawar, dan juga tidak memiliki sungai mengalir, batu gunung, pasir dan tanah uruk yang menjadi bahan material bangunan.
Namun, jangan salah Meranti ibukotanya Selatpanjang sejak lama telah mampu membangun property bahkan hotel bertaraf bintang dengan standar international. Semua itu karena Meranti sejak lama telah dikenal sebagai daerah perdagangan yang maju.
Didukung dengan letak geografis yang sangat strategis, berada di gugusan Utara Pulau Sumatera, Kepulauan Meranti juga terletak dipinggir tol laut dunia. Yakni pelayaran yang melintas Selat Malaka, dan bertetangga dengan negara Singapura serta Malaysia itu.
Walau daerah Meranti saat ini masih menyandang predikat daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Riau, namun dengan sumberdaya alam yang melimpah ini, tak lama lagi potensi itu akan bisa digali guna mengantarkan Meranti menjadi sebuah daerah otonom baru yang memiliki APBD tertinggi di Riau di masa datang.
Kelebihan yang dimiliki Meranti, diyakini satu ketika akan memberikan masa depan gemilang bagi daerah dan masyarakatnya yang dijuluki di Bumi Nan Jantan itu.
Di Meranti minyak dan gas bumi sudah lama dieksploitasi. Silih berganti perusahaan yang bergerak di bidang Migas itu. Hingga saat ini ladang minyak itu terus dieksplorasi dan dieksploitasi untuk menemukan sukur baru dan diproduksi untuk menambah devisa negara yang berkaitan erat degan pendapatan negara.
Saat ini perusahaan migas tersebut yakni Energi Mega Persada Malacca Starit SA yang beroperai di Kuarau- Pulau Padang Kecamatan Merbau.
Dimana produk minyak mentah dari Pulau Padang itu yang dikenal dengan Kurau Filed itu telah menjadi komoditas negara yang berkontribusi pada pemasukan APBN.
Salah satu potensi migas itu yakni Gas alam yang diproduksi dari ladang minyak itu, sejak tahun 2012 lalu bahkan sudah langsung dimanfaatkan oleh PLTMG untuk melistriki rumah masyarakat di dua kecamatan bertetangga itu.
Selain potensi Migas itu, Meranti juga memiliki tambang Timah. Dan timah yang dihasilkan dari perairan Desa Topang Kecamatan Rangsang itu, dipatenkan sebagai produk timah kualitas terbaik kelas dunia.
Sungguh banyak potensi Meranti yang belum tergarap sepenuhnya. Termasuk potensi Sagu yang bahkan Sagu Meranti telah dikenal secara nasional itu.
Tak heran jika salah satu perusahaan berkaliber nasional yakni PT Nasional Sago Prima (NSP-Sempurna-red),telah menanamkan investasinya di Meranti, dengan membangun perkebunan sagu lengkap dengan pabrik modern.
Potensi Kopi Liberika Rangsang
Perkebunan Kopi di Kepulauan Meranti, telah tumbuh sejak dekade 80-an lalu. Salah satu Kecamatan yang memiliki potensi perkebunan kopi terbesar terdapat di Kecamatan Rangsang Pesisir juga sebagian kecil di Kecamatan Rangsang Barat.
Menurut data dari Dinas Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kepulauan Meranti, Makmun Morod tahun 2014 lalu, luas kebun kopi di Meranti sebanyak 1.170 Ha.
Di Desa Kedabu Rapat luas kebun itu terdapat sekitar 80 %, dan sisanya 20 % tersebar di desa-desa Kecamatan Rangsang Barat.
Murod menjelaskan, dari 1.170 Ha tersebut, 162 Ha terdapat kebun yang rusak atau mati karena akibat terendam air banjir.
Dan kondisi kebun kopi milik masyarakat itu umumnya juga sudah berumur tua dan butuh peremajaan atau penanaman kembali.
Menurut Kadishutbun ini, dari hasil penelitian yang diadakan beberapa waktu lalu, menyimpulkan bahwa kopi produksi Meranti, berada pada level excelent, Kopi andalan di seluruh Indonesia.
Dijelaskan Murod, potensi Kopi di Kabupaten Kepulauan Meranti memiliki prospek cerah di masa datang.
Sebab umumnya kopi yang beredar di pasaran hingga saat ini, belum ada yang menyamai kualitas produk kopi dengan jenis Liberika Rangsang itu.
jenis kopi Liberika yakni, kopi dengan cita rasa sayuran ini, dihargai dengan harga fantastis dan bahkan sejak lama telah dikenal luas di negara tetangga, Singapura dan Malaysia.
Hanya saja di kedua negara jiran itu nama kopi produk Meranti atau Pulau Rangsang itu, tentu telah diubah karena yang melakukan penjualan ke negara tetangga itu adalah para pedagang yang mengumpulkan produk itu dari Kepulauan Meranti.
Kopi Luwak Nur Jaya
Adalah Nyoto (52) tahun yang menjadikan kopi liberika asal Pulau Rangsang itu menjadi harga yang lebih fantastis. Karena kopi tersebut diproduksi melalui fermentasi lewat pencernaan hewan Musang Kelapa (Luwak), dan dikeluarkan melalui pembuangan yang ternyata berfungsi menetralkan segala macam penyakit.
Kalau harga kopi liberika biasa dihargai 34.000 per kilo nya, maka setelah di melalui permentasi di perut Luwak, maka harga kopi tersebut bisa mencapai Rp. jutaan perkilonya.
Harga kopi luwak terkenal mahal karena dalam prosesnya, Luwak hanya mencari buah kopi yang memiliki kematangan minimal 90 persen. Dengan penciuman yang tajam, luwak hanya memakan 1-2 buah dalam satu pohon.
Dengan begitu, kopi yang diambil oleh luwak adalah kopi dengan nilai kematangan tertinggi, yang tentunya amat berpengaruh pada cita rasa kopi itu nantinya.
“Kopi liberika dari Pulau Rangsang Kepulauan Meranti ini ternyata satu satunya jenis kopi yang ada Indonesia. Walau di Jambi juga terdapat jenis kopi liberika, tapi kualitas rasa Liberika Rangsang lebih cenderung ke jenis excelent. Dan itu terungkap ketika Badan Penelitian dari Bogor mengunjungi kebun kopi kami,”ungkap Nyoto.
Pada awalnya kopi luwak liberika asal Meranti ini belum diketahui oleh publik.Namun karena tekadnya ingin memperkenalkan kopi asli tanah Rangsang ini, maka sejak tahun 2010 lalu, pada acara pesta rakyat Bokor Riviera
Nyoto bertekad mengenalkannya, lewat pameran yang difasilitasi pemerintah walaupun pada waktu itu ia hanya mengantongi izin sementara dari Diskes Meranti.
Nyoto mengisahkan, waktu itu Bupati Kepulauan Meranti mengunjungi stand Kopi Luwak Meranti dan sempat mencicipinya. Disaksikan oleh beberap media termasuk Haluan Riau juga memberitakan produk kopi luwak itu.
Saat itu Bupati Irwan, mengapresiasi dan merekomendasikan bahwa Kopi Luwak asal Pulau Rangsang itu memiliki cita rasa tinggi dan punya prospek maju. Maka sejak itulah bupati juga mulai mempromosikan hingga dikenal ke berbagai pelosok tanah air, dan usaha kopi luwak itu diberi nama Nur Jaya.”tutur Nyoto.
Berasal dari Malaysia
Awalnya Nyoto datang ke Pulau Rangsang tahun 1967 silam. Saat itu ia merupakan petani kopi biasa. Karena ingin mencari pendapatan lebih, ia bersama keluarga sempat merantau ke negeri jiran bahkan menetap di sana hingga selama 25 tahun.
Tahun 1997 ia berniat untuk kembali ke Pulau Rangsang untuk meneruskan usaha orang tuanya, yakni sebagai pengumpul kopi. Namun seiring berjalannya waktu dan teringat akan pesan neneknya, bahwa kopi yang dikonsumsi Musang Kelapa itu enak, maka sejak itulah ide membuat kopi luak mulai digagas.
Saat ini Nyoto mempunyai 8 ekor luwak yang ditangkar di belakang rumahnya. Setiap hari luwak tersebut diberi makan kopi hingga memproduksi 1 ons biji kopi per ekornya.
Sedangkan untuk luak liar yang berkeliaran di sekitar areal perkebunnya, bisa memproduksi hampir setengah kilo biji kopi luak.
Berkat kegigihanya sampai saat ini Nyoto sudah berkeliling Indonesia dan diundang dalam berbagai event untuk berbicara di depan umum sebagai narasumber.
Sampai ia mendapat penghargaan dari event Small Medium Enterprises and Cooperatives (SMESCO) Festival ke-12 tahun 2014 di Jakarta Convention Center (JCC) pada 19 - 22 Juni 2014 silam, digelar oleh Kementerian Perindustrian.
Kendala Nyoto, selain memiliki propek maju kopi luwak tersebut, mereka sebagai pekebun kopi sangat khawatir dengan musibah yang melanda.
Menurutnya ada bencana yang mengancam masa depan perkebunan kopi di wilayah itu. Yakni terjadinya pendangkalan kanal atau tali air yang biasanya membawa air banjir ke laut.
Pendangkalan tersebut menjadi kendala serius terutama saat musim penghujan. Hujan turun bersamaan tingginya air pasang menjadi kendala dan ancaman mematikan perkebunan kopi.
Nyoto mewakili para pekebun lainnya berharap pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten agar membangun irigasi, bendungan dan pintu klep air. Gunanya untuk mengalirkan air dari darat ke laut dan menghambat lajunya intrusi air laut.
Diungkapkannya, lima tahun terakhir masyarakat sempat menanam kopi di berbagai lahan yang ada. Namun seiring dengan buruknya jaringan irigasi dan tingginya debit air yang merendam akar tanaman kopi itu, akhirnya banyak tanaman mati layu.
Dan saat ini para pekebun juga telah megalihkan usahanya dengan menanam pohon karet. Dan kita berharap potensi kopi ini agar tidak sampai redup dan diharapkan pemerintah tampil mengatasi persoalan itu.
Harapan Besar
Kepala Desa Kedabu Rapat Sutrisno, menambahkan, pekebun kopi di wilayahnya itu kian berkurang karena adanya berbagai faktor. Pertama kendala lapangan berupa tingginya intrusi air laut yang masuk ke areal perkebunan kopi.
Saluran air yang ada selama ini kini nyaris tidak berfungsi dengan baik. Masyarakat berharap kepada pemerintah kabupaten agar memfokuskan penggalian parit dan pembangunan tanggul di kuala serta pembuatan pintu klep air.
Sebab jika harus denggan swadaya masyarakat untuk mengadakan alat berat untuk menggali parit atau saluran itu, maka hal itu tidak akan pernah terwujud.
Jika itu yang terjadi kopi liberika Rangsang itu juga nantinya akan hanya tinggal nama.
Sejalan dengan itu, pemerintah juga diharapkan mendukung sepenuhnya pemasaran produk. Baik produk bahan setengah jadi, maupun bahan jadi.
Sebab sejauh ini harga di Pulau Rangsang masih ditentukan oleh para tengkulak. Sehingga pekebun tidak pernah menikmati harga tinggi penjualan tersebut.
Disinilah diharapkan sangat peran pemerintah kabupaten untuk dapat membentuk induk usaha sekaligus yang dapat menerobos pemasaran, baik di tingkat nasional, regional maupun international.
Pemerintah Mendukung
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Kabupaten Kepulauan Meranti, Syamsuar Ramli menjelaskan, pemerintah dalam hal ini Disperindag mendukung sepenuhnya usaha kopi luwak yang digeluti masyarakat Pulau Rangsang.
Pihaknya tahun 2014 lalu telah membantu pengadaan mesin pengering dan juga mesin penggiling yang diterima langsung oleh Nyoto.
Menurut Nyoto, pihak Disperindag saat ini juga sedang merancang promosi ke berbagai tempat-tempat stararategis di tanah air. Seperti di pelabuhan laut dan juga di pelabuhan udara. Selain itu Disperindag juga sedang merancang promosi mealui websitedisperindag yang akan dilouncing dalam tahun ini juga.
Syamsuar juga mengatakan, pemerintah mendorong produksi kopi luwak tersebut. Sehingga nantinya bisa menutupi kuota yang dibutuhkan.
Tentunya diharapkan juga kepada para pekebun agar menambah produksi kopinya baik dari hasil panen sebagai buah segar atau mentah, maupun produksi dari hasil permentase Musang tersebut.
Ditambahkannya, dinas yang dipimpinnya akan terus mendukung usaha masyarakat sehingga produk kopi luwak itu semakin meluas.
Terkait masalah nama dan packingan produk itu, Syamsuar mengaku untuk sementara masih menggunakan nama produk lama yakni Kopi Luwak Nur Jaya. Hanya saja dalam perjalanan nanti akan dilakukan perbaikan. Dan juga takaran volume kemasan yang ada akan dibuat sedemikian rupa sesuai dengan selera pasar.
Syamsuar yakin, dengan dukungan pemerintah daerah maka kopi luwak Nur Jaya itu akan semakin dikenal luas. Tentunya akan menambah pendapatan para pekebun dan juga mampu meningkatkan pendapatan asli daerah.(adv/hms)