Operasi TMC di Riau Diusulkan Hingga Akhir September 2019
RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi melalui Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBMTC) mengusulkan pelaksanaan modifikasi cuaca di Provinsi Riau dilanjutkan hingga akhir September 2019. Wilayah lain yang diusulkan untuk pemanfaatkan TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca) untuk antisipasi kebakaran hutan dan lahan yaitu Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
Hal tersebut disampaikan Kepala BBTMC-BPPT Tri Handoko Seto dalam Rapat Sinergitas Peran Pemerintah Pusat dan Daerah dalam Penanggulangan Bencana di Riau, Senin (15/7/2019).
“Modifikasi cuaca diusulkan diperpanjang hingga akhir September, karena BMKG memprediksikan akhir musim kemarau jatuh pada September,” kata Tri Handoko Seto.
Data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksikan pada Juli, Agustus, dan September 2019, dengan curah hujan berpeluang dibawah normal hingga normal dengan intensitas curah hujan hanya sekitar 50-200 mm.
Demikian pula, data ENSO (El Niño–Southern Oscillation) menyebutkan pada periode bulan Juli – Agst – Sept 2019 peluang terjadinya kondisi netral adalah 42 persen, peluang terjadinya kondisi El Nino adalah 57 persen, dan peluang terjadinya kondisi La Nina adalah 1 persen.
Dibanding tahun-tahun sebelumnya, pada 2019 terjadi pengurangan titik api (hotspot) yang signifikan. Namun, data historis menunjukkan kemunculan hotspot secara signifikan di Provinsi Riau umumnya terjadi pada Februari hingga Maret dan sekitar Juli hingga Agustus.
“Tahun ini juga terjadi lonjakan hotspot pada Februari dan Maret. Sehingga diambil langkah lewat operasi TMC seperti yang dilaksanakan sekarang,” ujarnya.
Seperti diketahui, atas permintaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), operasi TMC untuk tujuan antisipasi bencana asap akibat karhutla di wilayah Provinsi Riau dari 26 Feb hingga saat ini dengan melibatkan BPPT, BMKG, Kementerian LHK, TNI AU, Pelita Air Service, dan Pemprov Riau.
“TMC di Riau selama periode Februari hingga saat ini telah menghasilkan 410 juta m3 air hujan, yang dapat bermanfaat untuk menjaga tingkat kebasahan lahan gambut di Provinsi Riau,” ujar Tri Handoko Seto.
Di tempat terpisah, Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan agar operasi TMC dengan tujuan antisipasi Karhutla tidak hanya dilakukan di Provinsi Riau, melainkan di wilayah-wilayah lainnya yang kerap dilanda kebakaran hutan, seperti Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
“Penanganan kebakaran hutan memang sebaiknya tidak responsif, tapi dengan tujuan mengantisipasi sebelum terjadi kebakaran hutan. Provinsi Riau bisa menjadi contoh pemanfaatan TMC bagi daerah-daerah lainnya,” ujar Hammam Riza.