Dolar Nyaris Tembus Rp13 Ribu
JAKARTA (HR)-Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, belum menunjukkan adanya gejala perbaikan. Bahkan pada Selasa (16/12) siang kemarin, dolar Amerika Serikat nyaris menembus angka Rp13 ribu, atau tepatnya Rp12.937. Angka itu sudah menyentuh titik yang pa-ling parah selama dua hari belakangan.
Terkait pergerakan itu, Bank Indonesia pun bergerak. Perlahan, Rupiah terus menunjukkan penguatan. Namun demikian, Rupiah akhirnya kembali melemah dan akhirnya ditutup pada angka Rp12.725 per dolar AS.
Seperti dilansir Bloomberg, Selasa kemarin, Rupiah pada perdagangan non-delivery forward (NDF) melemah 11 poin ke Rp12.725 per USD dibandingkan dengan penutupan sehari sebelumnya yakni di level Rp12.713 per USD.
Dalam pergerakan awal, Rupiah bergerak cukup dalam di kisaran Rp12.649-Rp12.937 per USD. Sementara itu, Rupiah selama 52 minggu berada di kisaran Rp11.254-Rp12.937 per USD.
Sementara itu, yahoofinance mencatat, rupiah menguat kembali ke posisi Rp12.730 per USD. Dengan pergerakan hariannya di kisaran Rp12.681-Rp12.960 per USD.
Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat penurunan dalam di angka Rp12.900 per USD. Angka tersebut menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya di Rp12.599 per USD.
Waspada
Terkait hal itu, Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, Robert Pakpahan mengakui pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang berlangsung kemarin sudah masuk tahapan waspada. Namun karena intervensi dari Bank Indonesia (BI), situasi bisa dikendalikan.
"Kalau kemarin itu sudah tahapan waspada," akunya.
Intervensi dari BI, menurut Robert, cukup menenangkan situasi. Langkah tersebut menyebabkan rupiah menguat setelah Selasa kemarin sempat nyaris menembus Rp 13.000. "Karena BI beli (intervensi), jadi hari ini stabil," sebutnya.
Robert menilai pemerintah belum perlu melakukan pembelian kembali (buyback) obligasi meskipun dananya telah disiapkan. "Kita monitor dulu pasar SBN, kita belum perlu melakukan buyback. Sekarang sudah stabil," imbuhnya.
Kemenkeu, tambah Robert, juga telah melakukan komunikasi dengan bank-bank besar selaku pemegang Surat Berharga Negara (SBN). Sejauh ini, bank-bank tersebut belum melepas SBN yang mereka miliki.
"Kita juga telepon bank-bank besar seperti JP Morgan, Standard Chartered, Citibank. Nggak ada yang lepas SBN. Jadi saya happy," tukas Robert.
Merata
Terkait hal itu, Presiden Joko Widodo menjelaskan, saat ini seluruh negara mengalami pelemahan mata uang terhadap dolar.
"Ini memang di seluruh negara pelemahan mata uang sama, dan memang mulai ada penarikan kembali ke AS. Tapi dengan melihat fundamental kita, dengan perbaikan ruang fiskal kita di Indonesia, itu tidak akan berjalan lama," ujarnya, usai menghadiri penutupan Rapat Kerja Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Memanfaatkan kondisi pelemahan rupiah ini, Jokowi mengatakan, Indonesia harus bisa mendorong industri untuk menggenjot ekspor. Kemudian impor akan dikurangi sehingga mengurangi kebutuhan dolar.
"Memang jalan yang paling baik adalah itu (meningkatkan ekspor). Meskipun sudah ada intervensi dari BI (Bank Indonesia) dalam beberapa waktu terakhir," jelas Jokowi.
Marah
Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla, sempat marah ketika disebut Rupiah sebagai mata uang sampah.
Hal itu bermula dari rilis The Richest yang melansir dari 180 mata uang yang diakui PBB, Rupiah masuk ke urutan 4 mata uang dengan nilai tukar yang paling rendah terhadap dolar AS.
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) geram mendengar ada ungkapan 'mata uang rupiah sampah' karena nilai tukar rupiah yang sempat hampir menyentuh Rp13.000 per dolar AS.
"Apa kamu bilang? Sampah?" tegas JK dengan mata terbelalak menatap seorang pewarta yang menanyakan hal itu padanya di Istana Wakil Presiden, Selasa kemarin.
Dia menegaskan, tidak ada seorang pun yang berhak mengatakan mata uang Indonesia sebagai sampah. "Kamu jangan bilang sampah ya. Kau tidak pakai rupiah? Jangan kamu sebut begitu tentang rupiah. Jangan bilang sampah Anda punya negeri," tuturnya.
JK menjelaskan, memang Rupiah mengalami pelemahan nilai tukar terhadap dolar AS. Namun demikian, masih ada mata uang lain yang mengalami hal serupa bahkan lebih rendah dari Rupiah. Di antaranya yen (Jepang), won (Korea Selatan) dan ringgit (Malaysia). "Jadi kita lebih baik dari pada mereka," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, JK meminta masyarakat untuk jangan panik, karena ada sisi positif dari pelemahan rupiah yaitu meningkatkan ekspor. (bbs, okz, kom, dtc, ara)