DDR Gelar Diskusi 'Sulit Air Kini dan Masa Depan'

DDR Gelar Diskusi 'Sulit Air Kini dan Masa Depan'

RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Berbagai persoalan dalam memajukan pembangunan di Sulit Air dibahas dalam diskusi panel bertajuk "Sulit Air Kini dan Masa Depan" yang diselenggarakan Dewan Dakwah Risalah (DDR), di kampus Universitas Yarsi Jakarta, Kamis (2/5/2019).

Tampil sebagai keynote speaker dalam diskusi tersebut tokoh masyarakat Sulit Air Prof Dr Jurnalis Uddin, Ketua Umum DPP SAS Samsuddin Mukhtar, Wali Nagari Sulit Air Hj Alex Surani dan sejumlah tokoh dan pemuka masyarakat Sulit Air di Jakarta.

Jurnalis Uddin dalam pemaparannya mengungkapkan berbagai persoalan yang dihadapi Sulit Air, mulai dari masalah pendidikan, pembangunan infrastruktur, pariwisata, industri rumah tangga dan kesehatan dan berbagai bidang lainnya. 


"Kita tidak berbicara masa lalu, tapi bagaimana ke depan," ujar Jurnalis Uddin.

Salah satu yang diwacanakan Jurnalis adalah pemekaran atau pembentukan Sulit Air menjadi kecamatan sendiri yang diawali dengan terlebih dahulu melakukan pemekaran nagari Sulit Air. 

"Tentu ini perlu kajian karena pembentukan kecamatan baru ada syarat yang harus dipenuhi," jelasnya.

Dengan dijadikannya Sulit Air menjadi kecamatan sendiri, maka di Sulit Air akan bisa dibangun Puskesmas rawat inap atau rumah sakit tipe D. Di samping itu, di Sulit Air akan punya Polsek, Koramil dan instansi lainnya setingkat kecamatan. 

Hal yang mencuat dalam diskusi tersebut adalah keberadaan Pondok Pesantren Gontor XI yang sudah berdiri 10 tahun di Sulit Air. 

"Khusus Gontor ini, memang sudah berdiri 10 tahun tapi jalannya masih tersendat-sendat. Ini perlu pemikiran bersama Sulit Air Sepakat (SAS) yang merupakan organisasi masyarakat Sulit Air," ujar Jurnalis.

Masalah yang tidak kalah penting disebutkan Jurnalis, yaitu sulitnya berkembang industri rumah tangga yang ada di Sulit Air. Pada hal kata Jurnalis, idustri rumah tangga yang bisa mendongkrak perekonomian masyarakat Sulit Air itu sudah berjalan beberapa waktu lalu dengan memproduksi mukena, hijak dan pakaian koko.

"Tidak bisa berkembangnya industri rumah tangga ini karena terkendala di bidang pemasaran. Karena itu kita minta organisasi SAS yang sudah ada berbagai belahan dunia ikut memasaran produk-produk industri rumah tangga di Sulit Air ini," harap Jurnalis yang juga Ketua Yayasan Universitas Yarsi itu.   

Sementara itu, Ketua DDR Dr Amin Nurdin menjelaskan latar belakang diselenggarakannya diskusi tersebut. 

"Melalui diskusi ini, kita menginginkan bagaimana perantau dalam pembangunan Sulit Air ke depan lebih terkoordinasi. Dulu sifatnya individual, ke depan kita harapkan lebih terkoordinir agar tujuan pembangunan lebih tercapai," ujarnya.

Terkait keberadaan Gontot XI, dia mengakui bahwa kurang berkembang dengan baik. Selama 10 tahun berdiri, jumlah santrinya hanya berkisar 60-65 orang. Sedangkan kapasitasnya sekitar 125 orang. 

"Salah satu penyebabnya mungkin sosialisasi kurang bagus sehingga orang belum banyak mengenalnya. Karena itu perlu dukungan SAS," katanya.

Reporter: Syafril Amir



Berita Lainnya