Tidak Setuju dengan Relawan Jokowi, TKN: Siapa yang Bisa Seminggu Tak Makan Nasi Padang?
RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA – Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin menyesalkan adanya seruan boikot Nasi Padang di media sosial. Kubu pasangan nomor urut 01 itu menegaskan tak ada hubungannya dengan seruan tersebut.
"Tidak ada sama sekali instruksi itu dari TKN. Bahkan tidak pernah terlintas di pikiran kami tentang ide itu," ujar Wakil Sekretaris TKN Jokowi-Ma'ruf, Raja Juli Antoni kepada wartawan, Selasa (23/4/2019).
Perbincangan mengenai 'boikot nasi Padang' ini dipicu dari beredarnya screenshot status Facebook seseorang yang menyatakan malas makan di rumah makan Padang. Kemudian ada orang lain yang memberikan komentar di postingan itu yang intinya mengaitkan dengan tidak adanya balas jasa pada 'Pakdhe'. Screenshot itu kemudian viral dengan bumbu-bumbu kekalahan Jokowi di Sumbar.
Antoni pun menegaskan, tak ada niat sama sekali dari kubu Jokowi untuk mendeskreditkan kuliner nusantara. Apalagi Nasi Padang sudah menjadi makanan sehari-hari di seluruh daerah di Indonesia.
"Apalagi nasi padang, siapa yang bisa seminggu tidak makan nasi padang hehehe," ucap Antoni.
Berdasarkan hasil hitung cepat Indo Barometer, Jokowi-Ma'ruf hanya mendapat suara 9,55% di Sumbar. Meski begitu, Antoni menegaskan, Jokowi tidak akan melupakan masyarakat di Sumbar dalam masa kepemimpinannya.
"Pak Jokowi presiden Rakyat. 2014 kalah di Sumbar tapi berkali-kali dia datang ke Sumbar. Proyek-proyek pembangunan nasional tetap jalan di sana," tuturnya.
Meski Jokowi kalah di Sumbar, masyarakat Minang diminta untuk tidak khawatir akan dianaktirikan. Toni mengingatkan, Jokowi memegang prinsip pemerataan pembangunan yang adil bagi seluruh rakyat Indonesia.
"Jadi orang Minang jangan khawatir. Pasti Pak Jokowi akan teruskan pembangunan di Sumbat meski mayoritas tidak milih Pak Jokowi. Dan yang pasti, Pak Jokowi tidak akan bisa dipisahkan dari masakan padang," sebut Sekjen PSI itu.
Jokowi-Ma'ruf Amin menang versi hitung cepat untuk Pilpres 2019. Seluruh masyarakat diharapkan tidak lagi terpecah-pecah.
"Pemilu sudah usai. Saatnya kita bersatu sebagai sebuah bangsa," kata Anton