Nyaris Diterkam Harimau, Ini yang Menolong Seorang Karyawan di Pelalawan Lolos dari Maut
RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Seorang karyawan PT Gemilang Cipta Nusantara (GCN) nyaris diterkam seekor harimau Sumatera. Nasibnya tertolong karena terkaman si Datuk Belang tak cukup mampu mencapainya, karena kakinya terjerat.
Peristiwa itu terjadi pada Jumat (22/3) kemarin. Sang karyawan yang tak diketahui namanya itu, menginjak jerat di ranting kayu di lokasi yang berjarak ratusan meter dari sebuah kanal di hutan restorasi ekosistem, Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan.
Jerat itu membuat dirinya tergantung dengan posisi kaki ke atas dan kepala di bawah. Diapun meminta tolong kepada karyawan lainnya. Suara teriakannya makin keras tatkala mengetahui ada seekor Harimau Sumatera di bawahnya.
Melihat ada mangsa di dekatnya, sang raja hutan langsung melompat mencoba menyambar kepala sang karyawan. Beruntung, loncatan harimau berkelamin jantan itu tak mencapainya karena kaki belakangnya terikat.
"Rupanya harimau tadi juga kena jerat, sehingga tak bisa menerkamnya. Karyawan ini lalu ditolong beberapa karyawan lainnya," ujar Kepala Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Suharyono, Selasa (26/3).
Pihak perusahaan lalu melaporkan kejadian tersebut ke BBKSDA Riau. Sejumlah petugas lalu bergerak menuju lokasi dengan menempuh jalur darat, lalu naik sampan menyusuri kanal di lokasi bekas hak pengusahaan hutan (HPH) itu.
Medan yang sulit membuat jarak tempuh cukup lama. Hal ini membuat petugas pengamanan baru sampai pada Sabtu (23/3). Observasi tahap pertama dilakukan, di mana petugas melihat harimau itu sudah lemas.
"Tak banyak bergerak lagi, tapi masih ada sifat liarnya. Diperkirakan umur harimau ini antara tiga sampai empat tahun," sebut Haryono.
Menjelang Sabtu malam, sejumlah dokter hewan dan paramedis lainnya tiba di lokasi. Dengan cepat dilakukan tindak medis agar harimau ini selamat. Sebuah infus dipasang di kaki depan sebagai nutrisi penambah daya tahan tubuh.
Tim medis berencana mendatangkan helikopter supaya evakuasi berlangsung cepat. Hanya saja di lokasi tidak memungkinkan heli mendarat sehingga tak bisa dilakukan evakuasi lewat udara.
"Pilihan terakhir adalah evakuasi darat, harimau itu lalu dibius agar tertidur selama evakuasi berlangsung dan tidak membahayakan petugas," lanjut dia.
Harimau itu lalu dimasukkan ke tandu, lalu digotong petugas. Perjalanan ke kanal cukup memakan waktu karena jaraknya ratusan meter. Sampai di kanal, harimau lalu dimasukkan ke sebuah sampan.
"Evakuasi berlangsung Minggu dini hari, selanjutnya dari sampan harimau dimasukkan ke kandang dan sampai pagi harinya," terang Haryono.
Menurut Haryono, harimau seberat 90 kilogram itu dibawa ke Pusat Rehabilitasi Harimau Dharmasraya, Sumatera Barat (Sumbar). Di lokasi itu sudah ada dua harimau dari Indragiri Hilir (Inhil), Atan Bintang dan Bonita.
"Di Dharmasraya, harimau yang diberi nama Inung Rio belum pulih, hanya mau minum air saja," kata Haryono.
Haryono memperkirakan harimau itu sudah terjerat tiga hari. Kaki kiri belakangnya ketika ditemukan petugas terlilit kawat baja atau sling sebesar bolpoin atau pena. Pemasang jerat masih diselidiki BBKSDA dan kepolisian setempat.
Akibat jerat ini, kaki harimau membusuk. Saat ditemukan petugas, luka di kaki sudah dikerubungi lalat dan terdapat darah menggumpal juga.
"Observasi medis akan dilakukan selama tiga hari, pembersihan luka masih dilakukan tim dokter Dharmasraya," imbuhnya.
Selama evakuasi berlangsung, petugas menemukan beberapa jerat di lokasi. Diduga jerat itu memang dipasang untuk harimau melihat ketinggian dan ukuran kawat yang digunakan.
"Kalau jerat babi biasanya menggunakan sling kecil, tingginya juga berbeda. Sementara jerat ini rendah, memang diperuntukkan untuk harimau," tegas Suharyono.
Untuk menghindari adanya harimau lain terkena jerat di lokasi, karena kawasan itu masuk program restorasi ekosistem, petugas akan melakukan pembersihan. Pembersihan melibatkan kepolisian, BBKSDA dan kepolisian.
"Dan kepada perusahaan diucapkan terimakasih karena berkoordinasi dengan kami, sehingga harimau bisa diselamatkan dengan cepat," imbuh Haryono.
Kembali ke Inung Rio. Kondisi predator berkulit orange bergaris hitam serta putih itu, sangat memperihatinkan usai dievakuasi ke Pusat Rehabilitasi Harimau Dharmasraya, Sumbar. Petugas medis masih merawat intensif untuk merawat luka di kakinya dan diharapkan segera membaik dalam tiga hari ke depan.
Menurut Suharyono, tim medis masih mengkaji apakah luka itu bisa disembuhkan dengan perawatan. Jika tidak bisa juga, langkah pemotongan kaki menjadi pilihan terakhir.
"Kami berharap tidak sampai diamputasi. Kasihan harimaunya karena nanti tidak bisa dilepasliarkan," sebutnya.
Dijelaskannya, harimau ini berjenis kelamin jantan ini diperkirakan berusia antara tiga sampai empat tahun. Satwa berbobot lebih kurang 90 kilogram ini berasal dari kawasan Margasatwa Kerumutan, Pelalawan.
Kawasan itu memang didiami beberapa ekor harimau dengan wilayah jelajahnya masing-masing. Seekor jantan bisa punya daerah jelajah diameter antara 40 hingga 50 kilometer dan bisa meningkat kalau memasuki musim kawin.
Di lokasi itu sendiri, sejumlah karyawan PT CGN mengaku tidak pernah melihat harimau berkeliaran. Beberapa kamera pengintai yang dipasang setahun belakangan juga tak menangkap penampakan satwa itu.
"Jadi lokasi itu dulunya bekas hak pengusahaan hutan, lalu diperuntukkan sebagai kawasan restorasi ekosistem. Kayu alam dibiarkan tumbuh di sana agar jadi hutan lagi, tidak boleh dimanfaatkan, sementara perusahaan areal operasinya berbatasan dengan lokasi," terang Haryono.
Dugaan sementara, para pemburu liar mencium ada habitat harimau di sana. Pemburu yang masih diidentifikasi ini memasang sejumlah jerat di perlintasan harimau.
Jerat pemburu liar memang berhasil menjebak Inung Rio. Beruntung, karyawan perusahaan yang tengah berpatroli juga kena jerat sehingga akhirnya dilaporkan ke BBKSDA Riau dan langsung dievakuasi.
"Jadi lucu juga ceritanya, karyawan ini kena jerat dan nyaris diterkam. Untung saja harimau itu tidak bebas bergerak karena kakinya terkena jerat juga," sebut Haryono.
Menurut Haryono, lokasi itu tengah disterilkan dari jerat. Pasalnya saat evakuasi, petugas menemukan sejumlah jerat yang memang diperuntukkan untuk harimau, bukan untuk babi hutan.
"Akan disapu bersih, bekerja sama dengan kepolisian dan perusahaan. Hari ini dimulai operasi pembersihannya," tegas Suharyono.
Lebih jauh Haryono menjelaskan, saat ini masih terpantau 60 ekor harimau di Riau. Harimau itu tersebar di sejumlah landscape ataupun kawasan hutan serta margasatwa di Bumi Lancang Kuning.
"Untuk tempat-tempatnya tidak akan disebutkan, bahaya kalau tahu oleh pemburu liar," pungkas Haryono.
Reporter: Dodi Ferdian