Larangan Ekspor Sawit ke Eropa, Pemerintah Diminta Aktif Lakukan Diplomasi
RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Ketua Komisi IV DPR RI Edhy Prabowo mendesak pemerintah untuk tidak berhenti melakukan diplomasi terkait banned atau larangan Uni Eropa terhadap ekspor minyak kelapa sawit Indonesia.
Ia berharap negara hadir dalam bentuk lobi politik atau upaya diplomasi untuk menunjukkan kedaulatan negara Indonesia dalam bidang ekonomi perdagangan dunia.
Politisi dapil Sumatera Selatan I ini menyadari betul maksud dan tujuan utama pelarangan perdagangan itu dilakukan Uni Eropa agar Indonesia tidak dapat bergerak bebas dalam menyuplai minyak kelapa sawit ke dunia.
Menurutnya, segala upaya politik yang dilakukan Uni Eropa untuk mengembargo Indonesia harus segera direspon pemerintah, sebab apabila tidak cepat tanggap pemerintah justru akan membawa Indonesia kepada situasi krisis.
“Ini hanya masalah yang dibuat oleh mereka untuk mencari alasan. Ini hanya masalah gimmick yang mereka bentuk untuk menahan perkembangan Indonesia. Indonesia harus paham itu," tegasnya di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (19/3/2019).
"Orang kita yang punya negeri kok, masak tiba-tiba ada kunjungan dari mereka bisa datang ke Indonesia, kan enggak fair. Negara harus hadir, tunjukkan bahwa kita punya kedaulatan dan harga diri,” sambungnya.
Selama ini Politisi Partai Gerindra tersebut selalu mempertanyakan peran negara untuk memperjuangkan pelarangan minyak kelapa sawit Indonesia ke Eropa ini.
Ia mengaku miris terhadap fenomena dimana Indonesia merupakan pasar aktif bagi perdagangan minyak sawit dunia, namun tidak pernah ada keuntungan yang jelas bagi negara terutama masyarakat Indonesia sebagai petani sawit.
Untuk itu, ia mendorong pemerintah untuk terus aktif melakukan diplomasi kepada tiap-tiap negara Eropa agar dapat mengakhiri sengketa ekspor kelapa sawit dengan Uni Eropa.
“Maka dari itu, peran negara, politik luar negeri kita, politik dagang kita ke luar negeri harus pro aktif, ajak bicara. Banyak negara-negara lain yang menggunakan Indonesia sebagai pasarnya. Kok kita enggak merasa punya keuntungan,” pungkas Edhy.
Reporter: Syafril Amir