Kisah Heroik 'Penyelamat' Saat Penembakan Brutal di Masjid Selandia Baru
RIAUMANDIRI.CO, WELLINGTON - Kisah-kisah mengharukan soal orang-orang yang mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkan orang lain saat teror di masjid Selandia Baru (New Zealand) bermunculan. Mulai dari seorang kakek yang merelakan dirinya ditembak pelaku hingga seorang pemuda yang nekat merebut senjata pelaku.
Pelaku yang diidentifikasi bernama Brenton Tarrant (28) melakukan penembakan brutal dan membabi buta di dua masjid -- Masjid Al Noor dan Masjid Linwood -- di Christchurch pada Jumat (15/3) waktu setempat.
Tarrant yang memakai pakaian dan helm pelindung ini beraksi secara keji dengan lima senjata api. Senjata-senjata itu terdiri atas dua senapan semi-otomatis, dua shotgun dan satu pucuk senapan patah (lever action).
Tak hanya itu, Tarrant juga menyiarkan aksi brutalnya via layanan live streaming di internet. Dia sengaja memasang kamera di helm yang dipakainya. Setiap tembakan keji yang dilepaskan Tarrant ke para korban terekam kamera.
Sapaan hangat korban pertama yang ditembak Tarrant terekam dalam live streaming itu. Rekaman live streaming berdurasi 17 menit itu telah dihapus usai sempat beredar luas. Korban pertama itu berjalan mendekati Tarrant di pintu masuk Masjid Al Noor.
"Hello, brother," ucap jemaah yang belum diketahui identitasnya itu, menyapa hangat Tarrant yang menodongkan senjata api ke arahnya.
Tarrant membalas sapaan itu dengan berondongan tembakan yang menewaskan sang jemaah.
Haji-Daoud Nabi meninggal dunia usai mengorbankan diri untuk menyelamatkan jamaah lain.
Masih di Masjid Al Noor, seorang kakek berusia 71 tahun dilaporkan mengorbankan diri untuk melindungi jemaah lain saat Tarrant menembaki secara brutal. Kakek bernama Haji-Daoud Nabi yang berasal dari Afghanistan ini disebut sengaja melompat ke depan orang lain untuk menyelamatkan nyawa mereka.
"Dia melompat ke jalur tembakan untuk menyelamatkan nyawa orang lain dan dia meninggal dunia," tutur salah satu putra Haji-Daoud, Omar Nabi, saat berbicara kepada Stuff.co.nz. Omar (43) mengaku tidak tahu apa yang terjadi pada orang yang berusaha diselamatkan ayahnya.
Omar mengenang sosok ayahnya sebagai seorang pria dengan banyak talenta dan kebijaksanaan, yang rendah hati serta suka menolong orang lain. Omar menyatakan ayahnya akan segera dimakamkan, namun dia ingin membawa jenazah sang ayah pulang ke Afghanistan.
Sementara itu di Masjid Linwood, aksi berani dilakukan seorang pria yang disebut sebagai pengurus masjid setempat. Pria yang tidak disebut namanya itu dijuluki 'pahlawan' karena dengan berani mendekati pelaku untuk merebut senjatanya.
"Pria muda yang biasanya mengurus masjid ... dia melihat sebuah kesempatan dan menyergap pelaku dan mengambil senjatanya," ungkap Syed Mazharuddin, salah satu korban selamat dalam aksi teror di Masjid Linwood.
Disebutkan Mazharuddin bahwa sergapan yang dilakukan dari belakang pelaku itu membuat senjatanya terjatuh ke lantai. "Pelaku meninggalkan senjatanya dan berlari," sebutnya. "Sang pahlawan (pria yang merebut senjata pelaku-red) itu berusaha mengejar pelaku," ucap Mazharuddin.
Menurut Mazharuddin, pria pemberani itu lalu mengambil senjata pelaku dan berusaha menembak pelaku yang kabur, namun tidak bisa mengoperasikan senjata api itu. "Dia tidak bisa menemukan pelatuk di senjata itu ... dia berlari di belakang pelaku tapi ada orang yang menunggu pelaku di mobil dan dia kabur," imbuhnya.
Otoritas Selandia Baru mengonfirmasi 49 orang tewas dalam penembakan brutal di dua masjid tersebut, dengan rincian 41 orang tewas di Masjid Al Noor, tujuh orang tewas di Masjid Linwood dan satu orang tewas di Rumah Sakit Christchurch.
Sekitar 48 orang lainnya mengalami luka-luka, namun hanya 39 orang yang masih dirawat di rumah sakit, dengan 11 orang di antaranya menjalani perawatan intensif. Identitas, maupun asal kewarganegaraan, para korban tewas dan korban luka belum dirilis secara resmi ke publik.