Bu Ani Sedih, SBY Disindir Agum Tak Punya Prinsip
RIAUMANDIRI.CO, SINGAPURA - Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan istrinya, Ani Yudhoyono, sedih mendengar tudingan Agum Gumelar yang menyebutnya tidak memiliki pendirian. SBY menyebut Ibu Ani sedih dan merasa terganggu oleh tudingan dari Wantimpres Joko Widodo (Jokowi) itu.
"Tadi malam, ketika saya mendampingi Ibu Ani di rumah sakit NUH Singapura, saya harus menenangkan perasaan Ibu Ani yang terus terang terganggu dengan pernyataan Pak Agum Gumelar beberapa saat yang lalu," kata SBY, Jumat (15/3/2019).
"Teman-teman tahu bahwa Pak Agum, tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba menyerang dan mendiskreditkan saya soal pencapresan Pak Prabowo. Nampaknya Ibu Ani merasa tidak happy dengan kata-kata Pak Agum yang menghina saya sebagai 'tidak punya prinsip'," imbuhnya.
SBY juga merasa sedih karena tudingan Agum dilontarkan saat Ibu Ani tengah berjuang melawan penyakit kanker darah. Presiden ke-6 RI itu mengaku sedang berusaha agar tudingan Agum tidak meluluhlantakkan semangat Ibu Ani melawan sakit yang diderita.
"Melihat Ibu Ani sedih, saya juga ikut sedih. Mengapa? Ibu Ani saat ini sedang berjuang untuk melawan dan mengalahkan kanker yang menyerang dirinya. Ibu Ani bersama saya, siang dan malam, sedang berusaha untuk menjaga semangat dan kesabaran agar tetap kuat menghadapi serangan kanker yang menimpa Ibu Ani. Tentu, sebagai pendamping setia Ibu Ani, saya sedih kalau ada berita yang justru mengganggu hati dan pikirannya," terang SBY.
Ketum Partai Demokrat (PD) itu mengaku bisa meyakinkan istrinya bahwa tudingan itu disampaikan karena ketidaktahuan Agum atas kondisi partai berlambang mirip logo Mercy tersebut. SBY yakin Agum tidak akan menudingnya tak memiliki pendirian jika mengetahui kondisi Ibu Ani.
Berikut ini tanggapan lengkap SBY terhadap pernyataan Agum Gumelar:
Teman-teman, utamanya para Kader Demokrat
Setelah hampir 3 bulan saya "berpuasa" dan tidak berinteraksi di dunia media sosial, maaf, kali ini saya ingin menyampaikan sesuatu.
Tadi malam, ketika saya mendampingi Ibu Ani di rumah sakit "NUH" Singapura, saya harus menenangkan perasaan Ibu Ani yang terus terang terganggu dengan pernyataan Pak Agum Gumelar beberapa saat yang lalu. Teman-teman tahu bahwa Pak Agum, tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba menyerang dan mendiskreditkan saya soal pencapresan Pak Prabowo. Nampaknya Ibu Ani merasa tidak "happy" dengan kata-kata Pak Agum yang menghina saya sebagai "tidak punya prinsip".
Melihat Ibu Ani sedih, saya juga ikut sedih. Mengapa? Ibu Ani saat ini sedang berjuang untuk melawan dan mengalahkan kanker yang menyerang dirinya. Ibu Ani bersama saya, siang dan malam, sedang berusaha untuk menjaga semangat dan kesabaran, agar tetap kuat menghadapi serangan kanker yang menimpa Ibu Ani. Tentu, sebagai pendamping setia Ibu Ani saya sedih kalau ada berita yang justru mengganggu hati dan pikirannya.
Yang kedua, ternyata yang membuat Ibu Ani sedih adalah karena kami merasa selama ini hubungan keluarga Pak Agum dengan keluarga kami baik. Bahkan, disamping Ibu Linda pernah bersama-sama mengemban tugas di pemerintahan selama 5 tahun, Ibu Ani juga sangat sayang kepada Ibu Linda Gumelar.
Namun, saya bisa meyakinkan Ibu Ani bahwa Pak Agum menyampaikan kata-kata tak baik itu karena hampir pasti tidak tahu dilema dan persoalan yang saya & Partai Demokrat hadapi dalam pilpres 2019 ini. Jika tahu, tak akan berkata begitu. Kecuali kalau Pak Agum memang tidak suka dan benci dengan saya. Saya juga mengatakan kepada Ibu Ani ... "Percayalah saat ini lebih banyak orang yang bersimpati dan bahkan mendoakan Ibu Ani agar Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa mengangkat penyakit Ibu Ani, dibandingkan dengan yang mencercanya".
Teman-teman, tentu saja saya sangat bisa menjawab & melawan "pembunuhan karakter" dari Pak Agum Gumelar terhadap saya tersebut. Tetapi tidak perlu saya lakukan, karena saya pikir tidak tepat dan tidak bijaksana. Saya malu kalau harus bertengkar di depan publik. Apalagi saat ini situasi sosial dan politik makin panas. Bagai jerami kering di tengah musim kemarau yang ekstrim dan panjang. Yang diperlukan bukanlah api, tetapi sesuatu yang meneduhkan & menyejukkan. Apalagi polarisasi dalam kontestasi pilpres kali ini boleh dikatakan lebih keras dan ekstrim, ditambah jarak yang makin menganga antar identitas dan kelompok politik. Terus terang saya khawatir jika terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan di negeri ini, kalau kita semua, utamanya para pemimpin dan elit tidak pandai dan tidak arif dalam mengelolanya.
Saya juga meyakini, bahwa meskipun sebagai anggota Wantimpres mungkin Pak Agum Gumelar sangat dekat dengan Pak Jokowi, salah satu capres kita, belum tentu kata-kata Pak Agum itu sepengetahuan atau apalagi atas permintaan Pak Jokowi. Sebab, diantara kami, Pak Jokowi dan saya, berada dalam sikap dan posisi untuk saling menghormati. Secara sosial dan politik, sikap kami ini tentunya baik agar situasi nasional tetap teduh. Secara moral pun memang harus demikian.
Saya hanya minta satu hal kepada teman-teman, termasuk kader Demokrat, yang selama ini aktif berinteraksi dengan Ibu Ani di media sosial, agar untuk sementara tidak mengabarkan berita-berita yang mengganggu hati dan pikiran Ibu Ani. Saya tahu Ibu Ani tidak ingin hidup menyendiri, apalagi merasa terasing lantaran Ibu Ani sedang menderita "blood cancer". Saya tahu Ibu Ani ingin tetap berkomunikasi dengan para sahabat. Namun, sekali lagi, tolong ikut menjaga hati dan perasaan Ibu Ani dengan cara membatasi penyampaian berita atau isu yang bisa menambah beban pikirannya.
Itu saja teman-teman yang ingin saya sampaikan. Selamat berjuang dan teruslah berbuat yang terbaik untuk rakyat dan Indonesia kita.
Salam sayang dan salam hangat dari Ibu Ani dan saya. (SBY ~ Singapura, 15 Maret 2019)