Petani Okura Binaan PT AA-SMF Berhasil Panen 70 Ton Semangka
RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Susanto (43) bersama Suwito (43), penduduk Kelurahan Tebingtinggi Okura, Kecamatan Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru, yang sehari-hari berprofesi sebagai petani semangka sukses menghasilkan 70 ton buah semangka untuk sekali panen melalui Program DMPA (Desa Makmur Peduli Api) PT Arara Abadi-Sinar Mas Forestry (PT AA-SMF) Wilayah Riau.
Disaksikan para awak media, Senin (4/2/2019), Susanto dan Suwito memanen semangka pada hamparan lahan yang terbentang luas yang memanfaatkan areal sekitar 6 hektare. Namun untuk saat ini dimanfaatkan hanya 4 hektare di Kelurahan Tebing Tinggi Okura, Kecamatan Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru.
Dari pantauan di lapangan ukuran buah semangka tersebut bervariasi, dari yang paling kecil seberat 5 kg sampai yang paling besar seberat 16 kg.
Yang lebih menariknya, hamparan tanaman buah semangka Susanto dan Suwito yang siap panen ini, ditanam pada lahan milik orang lain yang mereka pinjam yang sebenarnya diperuntukan untuk tanaman pinang.
Namun berkat kegigihan dan keuletan Susanto dan Suwito, mereka berhasil meyakinkan pemilik lahan agar bersedia meminjamkannya dengan salah satu jaminannya ialah untuk penanaman pertanian semangka. Mereka tidak melakukan kegiakan pembakaran untuk membuka dan membersihkan lahan.
Susanto yang sudah berprofesi petani sejak tahun 1992 kepada media menjelaskan, ia bertani semangka ini memanfaatkan lahan kosong milik orang lain.
"Saya coba meyakinkan pemilik lahan, bahwa saya akan memanfaatkan lahan tersebut untuk bertanam semangka setelah mendapatkan bimbingan dari Program DMPA dari PTAA-SMF," ujar Susanto.
Pantauan di lokasi, memang kenyataannya tidak terlihat sedikit pun bekas tanda-tanda kebakaran pada lahan pertanian semangka Susanto dan Suwito.
Lebih lanjut Susanto menceritakan, dari hasil setiap kali panen mereka bisa menghasilkan 50 ton sampai dengan 70 ton, yang biasanya dalam masa 4-6 bulan setiap panen, tergantung cuaca dan hasil yang akan dipanen.
"Alhamdulillah saya bisa menyekolahkan anak saya sampai selesai kuliah Sarjana Hukum di Universitas Lancang Kuning. Saya sangat berterimakasih kepada PT Arara Abadi karena berkat bantuan program DMPA yang digulirkan perusahaan kepada masyarakat Okura melalui desa/kelurahan, masyarakat merasakan manfaat. Saat ini ada 4 petani semangka di Okura," ungkapnya.
Mereka, kata Susanto, melihat pertanian semangka ini sangat baik, karena dari awal, mulai penanaman sampai panen, mereka didampingi dan diperhatikan oleh perusahaan. Demikian juga untuk pemasaran, mereka dibantu perusahaan.
"Alhamdulillah selain dibeli langsung oleh agen juga dibantu pemasarannya oleh perusahaan ke pasar-pasar buah. Dan saat ini juga ada pembeli yang dari luar Pekanbaru, seperti dari Medan, Batam, Kerinci, Bangkinang, Dumai, Selat Panjang, dll,” jelas Susanto.
Suwito menambahkan, selain menanam semangka dirinya juga menanam cabe. Untuk bibit semangka ini, ia mendapatkan bibit dari Balai Pertanian Pekanbaru. Artinya bibit semangka adalah bibit lokal.
"Kita mendapatkan bibit semangka dari Balai Pertanian di Pekanbaru. Saat ini kita juga mendapatkan kendala dari segi pemasaran yang mana saat ini sedang banyak buah lokal di pasaran yang menjadi tantangan bagi kami,” ujarnya.
Selanjutnya Susanto dan Suwito mengucapkan terima kasih kepada perusahaan. ”Kami mengucapkan terima kasih banyak dibantu oleh perusahaan sehingga kami bisa sedikit bergerak, dan tidak ada penekanan dari tengkulak-tengkulak dan kita mengharapkan terus kerja sama perusahaan," ujar mereka.
Sementara itu, Kepala CD (Community Development) dan Program DMPA PT AA-SMF Jos Rinaldi dalam kesempatan terpisah menyampaikan, Program DMPA bertujuan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat serta untuk pencegahan kebakaran.
"Kebetulan Okura berada di sekitar konsesi PT Arara Abadi Distrik Rasau Kuning. Dan pada tahun 2017 mendapatkan program DMPA salah satunya pak Susanto dan pak Suwito. Mereka mendapatkan Program DMPA bidang hortikultura, berupa hibah dana bergulir dari perusahaan kepada masyarakat yang disalurkan melalui lembaga desa di Okura ini setelah tahap FGD (Focus Group Discussion) di desa. Sebagai konsekwensinya, secara bersama-sama antara perusahaan dan masyarakat tidak ada lagi pembakaran sewaktu dalam pengolahan lahan,” jelas Jos Rinaldi.