Pengembang Properti Tertekan
JAKARTA (HR)- Asosiasi Pengembang Perumahan Rakyat Seluruh Indonesia atau AP2ERSI menilai pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diprediksi bakal mempengaruhi pada kenaikan harga komponen rumah.
Ketua AP2ERSI Fery Sandiyana mengatakan pengaruh pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika itu terjadi pada kebutuhan bahan baku seperti besi dan batu beton pada beberapa bulan ke depan.
"Jika rupiah ini tidak fluktuatif atau terus melemah, biasanya harga bahan bangunan akan naik. Tetapi tidak langsung, karena yang mereka gunakan untuk membangun saat ini kan barang-barang yang sudah dipatok dengan harga lama sebelum rupiah tersebut anjlok," katanya kepada Bisnis, Kamis (12/3).
Fery mengaku tidak akan langsung menaikkan harga jual rumah karena saat ini daya beli masyarakat dalam kondisi yang rendah.
Menururnya, daya beli masyarakat saat ini sedikit lebih mengesampingkan kebutuhan properti karena masih lebih mementingkan kebutuhan sehari-hari yang juga beberapa ikut merangkak naik.
Mengenai suku bunga kredit usaha dari bank yang kemungkinan naik, Fery menilai tidak semua pengembang tergantung pada pinjaman bank dan daya belipun menjadi pertimbangan bank pada saat ini.
"Perkiraan saya masih akan tetap karena bank juga pasti mempertimbangkan daya beli yang saat ini sedang rendah. Apalagi jika suku bunga kredit usaha dinaikan dan harga properti juga mengikuti, hal ini bisa semakin menekan daya beli masyarakat," ujarnya.
Sementara itu, Realestat Indonesia (REI) Jabar mengungkapkan pelemahan rupiah tidak akan berpengaruh secara langsung pada bisnis sektor properti mengingat tertekannya nilai tukar rupiah ini juga berlangsung secara fluktuatif.
Ketua REI Jabar Irfan Firmansyah mengatakan biasanya masalah fluktuasi harga ini berpengaruh pada kenaikan harga bahan baku pabrikan yang diimpor seperti kebutuhan lighting atau batu marmer yang biasa digunakan oleh rumah-rumah atau properti kelas atas.
"Tidak langsung karena ini kan fluktuasinya jalan terus, nanti harga bahan baku bisa naik dan turun menyesuaikan. Sehingga tidak terlalu berpengaruh lebih luas ke harga jual propertinya," katanya.
Harga bahan baku menurut Irfan merupakan salah satu faktor yang tidak berpengaruh besar karena pengaruh besar properti biasa justru terjadi karena harga tanah yang tinggi.
Hal lain yang dapat mempengaruhi menurutnya suku bunga baik KPR bagi konsumen dan suku bunga modal usaha bagi pengembang yang hingga saat ini belum turun.
"Yang jadi masalah memang BI Rate yang sudah turun tetapi landing rate atau bunga KPR untuk konsumen dan bunga modal usaha untuk pengembangnya yang masih kita tunggu, kapan turunnya.(bis/ara)