Panitia Do Music Festival Apresiasi Masyarakat Riau
RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Panitia konser Do Music Festival menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada semua elemen masyarakat Provinsi Riau serta semua pihak terkait atas lancar dan amannya pelaksanaan event tersebut pada akhir pekan kemarin di Pekanbaru.
Hal itu disampaikan itu Ketua Panitia Pelaksana, Dian Afritama, kepada pers di Pekanbaru, Senin (5/11/2018).
"Kami bersyukur event ini berjalan lancar dan aman hingga akhir acara. Tentu semua ini tidak terlepas dari dukungan dan pengertian semua pihak dan elemen masyarakat Riau. Kami ucapkan juga terimakasih kepada pihak pemerintah dan keamanan," kata Dian.
Menurut Dian, sedari awal dirancang, event ini semata-mata diniatkan untuk memberikan hiburan bagi masyarakat dan mendukung program pariwisata di Provinsi Riau.
"Kami sejatinya adalah anak-anak muda Riau yang baru belajar menggelar kegiatan berbasis ekonomi kreatif yakni event musik. Tidak ada sedikit pun niat lain terselubung dari even ini," jelasnya.
Perjalanan rencana event ini pun, kata Dian, dilakukan secara transparan dan terbuka.
"Kami jauh-jauh hari sudah melakukan promosi melalui baliho di sejumlah titik di Riau dan juga melakukan roadshow untuk mensosialisasikan event ini ke stake holder terkait. Seperti ke Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Pak Fahmizal. Kemudian kami juga melakukan audiensi kepada Walikota Pekanbaru, Pak Firdaus dan Plt Gubernur Riau, Pak Wan Thamrin Hasyim. Semua rangkaian sosialisasi itu terekspos ke media dan tidak ada respon negatif dari masyarakat Riau," katanya.
Oleh sebab itu, menurut Dian, pihaknya mengaku kaget ketika hari H pelaksanaan event ada tudingan di media sosial bahwa event tersebut adalah pesta LGBT. Ada juga sejumlah elemen masyarakat melakukan penolakan dengan alasan tersebut mempromosikan perilaku LGBT.
"Tentu saja kami kaget. Karena sebelumnya adem-adem saja. Tidak sedikit pun ada respon negatif terhadap rencana event ini. Kalau lah sebelumnya jauh-jauh hari ada masukan ke kami, tentu akan kami pertimbangkan. Dan kalau tudingan tersebut benar, tentu pihak keamanan tidak memberikan izin. Dan lebih penting lagi, kami juga orang beragama," tuturnya.
Menyikapi adanya sedikit penolakan pada hari H tersebut, kata Dian, pihaknya tentu saja berkoordinasi dengan pihak keamanan. Karena sebelumnya semua proses perizinan sudah dilakukan panitia dan tidak ada masalah.
"Karena pada hari H semua tamu kita sudah berada di lokasi event. Termasuk penonton dari mancanegara. Tentu saja keamanan dan keselamatan warga negara asing di Indonesia menjadi perhatian pihak panitia dan pihak keamanan. Karena ini menyangkut nama baik dan citra Indonesia di mata internasional," sebut Dian.
Mengenai polemik yang berkembang tentang kecenderungan seksual menyimpang atau LGBT salah satu artis internasional yang tampil di even itu, kata Dian, pihaknya benar-benar tidak tahu sama sekali.
"Kalau informasi itu benar adanya, kami dari panitia mohon maaf kepada masyarakat Riau atas ketidaknyamanan tersebut. Itu semata-mata karena kami adalah anak-anak muda yang baru belajar. Ke depannya kami akan lebih hati-hati dan banyak belajar lagi kepada tokoh-tokoh masyarakat dan elemen lainnya di Riau," katanya.
Disebutkan Dian, artis Calum-Scott yang menjadi pemicu penolakan ini hanya bagian dari konser Do Music Festival. Karena pada konser tersebut justru lebih banyak diisi musisi nasional dan lokal Pekanbaru seperti Tulus, Ten2Five, Pusakata (Mantan Payung Teduh), Diskoria, Marion Jola (Indonesian Idol), Cigarettes Wedding, dan Troya.
Terakhir, Dian, mengatakan, event ini berjalan sesuai target awal yakni memberikan manfaat bagi peningkatan pariwisata dan ekonomi kreatif Riau terutama di Pekanbaru. Banyak yang akan merasakan dampaknya dari segi ekonomi, seperti perhotelan, restoran, transportasi dan yang lainnya," paparnya.
Tidak Terbukti
Dian menambahkan, karena polemik yang berkembang tersebut, pihaknya mempersilakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru langsung mengawasi jalannya konser di lokasi acara tersebut.
Rombongan MUI mendatangi lokasi sekitar pukul 20.00 WIB dan melihat langsung kondisi di dalam kawasan Taman Rekreasi Alam Mayang tersebut.
Setelah mengelilingi venue acara, rombongan tersebut pun menyatakan bahwa tidak ditemukan simbol-simbol maupun kegiatan yang bertemakan LGBT.
"Kita tidak ingin gegabah mendengarkan kabar tersebut. Makanya kita datangi langsung acaranya," ujar Wakil Ketua MUI Kecamatan Tenayan Raya, Ayub Nahar di Alam Mayang, seperti dikutip dari cakaplah.com.
Ayub mengatakan, MUI ingin agar kegiatan ini tidak diboncengi muatan-muatan negatif seperti yang diisukan.
"Kita lihat di dalam ada hiburan musik, stand-stand dan pameran. Tidak ada yang menyimbolkan aktivitas LGBT," terang Ayub.