Petani Plasma Kuansing Keluhkan Harga TBS Anjlok
RIAUMANDIRI.CO, TELUK KUANTAN - Para pemilik kebun plasma kelapa sawit di Desa Muara Langsat Kecamatan Sentajo Raya, Kabupaten Kuansing menjerit dalam beberapa bulan terakhir. Pasalnya, harga jual tandan buah sawit (TBS) terus anjlok. Hingga pekan ke empat Oktober harga jual TBS di tingkat pabrik masih terbilang rendah, di kisaran Rp1.500 hingga Rp1.400 per kilogramnya.
Tidak seperti lazimnya, ketika produksi hasil panen buah kelapa sawit mengalami kenaikan seperti saat ini, harga jual biasanya merangkak naik dan sedikit melegakan para petani. Namun kenyataan di lapangan, pabrik kelapa sawit masih saja membeli sawit dengan harga di bawah Rp1.500 per kilogram dari para petani.
Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Langgeng unit Desa Muara Langsat, Armises Purlansep mengatakan, harga jual TBS petani plasma di tempatnya saat ini Rp1.400 per kilogram. Para petani kebun plasma sangat mengeluhkan terhadap harga TBS kelapa sawit tersebut.
"Mungkin bukan hanya petani plasma KUD Langgeng saja yang mengalami hal seperti ini. Tapi hampir seluruh petani turunnya harga TBS kelapa sawit dan mau dijual kemana hasil panennya. Sedangkan pihak perusahaan dalam membeli TBS kelapa sawit sangat terbatas," kata Armises, di kantornya baru-baru ini.
Ia mengatakan, mengatasi hal tersebut, pihaknya selaku pengurus KUD telah melakukan musyawarah dengan anggota KUD dan petani lainnya. Dengan menata ulang antrian dan usulan penyesuaian pembatasan atau kuota TBS kelapa sawit yang masuk ke pabrik pengolahan PT CRS.
"Entah sampai kapan kondisi ini bisa normal lagi, kita tak tahu juga. Sudah hampir empat bulan harga TBS mengalami penurunan terus. Harga TBS perkilo yang sebelumnya mencapai Rp1.900, kini hanya dikisaran Rp1.400 hingga Rp1.500 saja. Kita sebagai petani mau tidak mau harus menjual dengan harga tersebut, kalau tidak buah akan membusuk dan tidak ada harganya dan petani tentu akan lebih merugi lagi," ungkapnya.
Sementara Kadir, petani sawit setempat menjelaskan, anjloknya harga kelapa sawit membuat perekonomian keluarganya menjadi tidak stabil. Selama ini keluarganya hanya menggantungkan hidup dari hasil perkebunan sawit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Harga sawit anjlok, wah, terasa betul dampak bagi kami. Maka itu kami harap Pemerintah terkait membantu mencari solusi bagi masyarakat dan membuat harga sawit kembali normal bahkan meningkat dari sebelumnya. Sehingga kesejahteraan masyarakat pun kembali membaik," harap Kadir.
Reporter: Suandri