Begini Komentar Mendikbud Soal Tari Gandrung dan Sedekah Laut
RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Mendikbud Muhadjir Effendi menganggap polemik soal Tari Gandrung Banyuwangi dan Sedekah Laut di Bantul, DIY, hanya masalah perbedaan pendapat. Muhadjir meminta semua pihak yang berbeda pendapat bertemu dan mendiskusikan permasalahan tersebut.
"Memang perlu ada pembicaraan yang serius antara pihak-pihak yang berbeda pendapat. Itu soal perbedaan pendapat saja. Kalau Tari Gandrungnya saya kira tidak (ada masalah), tapi memang ada beberapa bagian yang harus diberi improvisasi, dibikin sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kontroversi. Saya rasa itu," kata Muhadjir di Jakarta, Sabtu (20/10/2018).
Muhadjir menyebut Tari Gandrung Banyuwangi dan Sedekah Laut merupakan suatu budaya. Dia menilai budaya seperti itu justru sudah mengalami perubahan demi menghormati ajaran-ajaran agama yang ada di Indonesia.
"Ya itu kan budaya. Makanya, hal-hal yang sifatnya diperdebatkan, yang dipermasalahkan itu harus diklarifikasi, di-clear-kan, bagaimana itu tidak terjadi," terangnya.
"Misalnya kalau memang itu daerah agama, kemudian masalah aurat, saya lihat banyak sekali Tari Bali tapi juga tetap mempertahankan prinsip-prinsip seperti yang disarankan tokoh agama atau masyarakat misalnya," imbuhnya.
Sebelumnya, gelaran Festival Gandrung Banyuwangi mendapatkan penolakan dari masyarakat sekitar. Tidak hanya itu, sesaji Sedekah Laut juga mendapatkan respons serupa.
Festival Gandrung Banyuwangi dianggap oleh Front Pembela Islam (FPI) setempat sebagai kegiatan yang mengumbar kemaksiatan.
"Maksudnya adalah kami mengingatkan agar kita tidak diazab oleh Allah karena mengumbar kemaksiatan seperti itu. Kejadian bencana di Palu harus menjadi cermin bagi kita warga Banyuwangi," kata Ketua DPW FPI Banyuwangi H Agus Iskandar Agus kepada wartawan, Kamis (18/10).
Sementara sesaji Sedekah Laut mendapat penolakan dari masyarakat melalui sejumlah banner. Banner-banner itu bertuliskan 'Jangan Larung Sesaji karena Bisa Tsunami', 'Buat Program Wisata yang Allah tidak Murka', 'Rika Sing Gawe Dosa Aku Melu Cilaka (Anda yang berbuat dosa, saya ikut celaka)', dan 'Sedekah Karena Selain Allah Mengundang Azab Looh'.