Ketua DPR: Nilai-nilai Ideologi dan Kebangsaan dalam Posisi Bahaya
RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Ketua DPR Bambang Soesatyo mengakhawatirkan nilai-nilai ideologi dan kebangsaan berada dalam posisi bahaya akibat gempuran pasar internasional dan ideologi-ideologi trans-nasional.
"Mari kita coba renungkan sejumlah hasil penelitian atau survei yang dilakukan embaga-lembaga risetkredibel sebagai indikator. Hasilnya sangat mengkhawatirkan. Nilai-nilai ideologi dan kebangsaan berada dalam posisi bahaya," kata Bambang ketika berpidato dalam rangkat HUT DPR ke-77 pada rapat paripurna, Rabu (29/8).
Bamsoet, begitu dia akrab disapa, mencontohkan Indeks Ketahanan Nasional yang disusun Labkurtanmas, Lembaga Ketahanan Nasional yang mengindikasikan melemahnya ketahanan ideologi dan politik dalam kurun tujuh tahun terakhir, mulai 2010 sampai 2016.
Indeks ketahanan ideologi, yang meliputi variabel toleransi, kesederajatan dalam hukum, kesamaan hak kehidupan sosial, dan persatuan bangsa, cenderung terus merosot dari skors 2,31 (pada 2010) menjadi 2,06 (pada 2016).
Gambaran serupa disebutkan Bamsoet, diperlihatkan dari hasil Survei Nilai-Nilai Kebangsaan (SNK) yang dilakukan oleh BPS tahun 2015 (survei pertama kali di Indonesia). Dari setiap 100 orang Indonesia, 18 orang bahkan tidak tahu judul lagu kebangsaan Republik Indonesia; 53% orang Indonesia tidak hafal seluruhnya lirik lagu kebangsaan; dan 24 dari setiap 100 orang Indonesia tidak hafal sila-sila Pancasila.
Bahkan, kata Bamsoet, menurut survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI), tren pendukung Pancasila menurun dalam setiap 5 tahun. Tahun 2005, pendukung Pancasila sebesar 86%. Kemudian pada tahun 2010, turun menjadi 81,7%. Sedangkan pada tahun 2015, turun lagi menadi 75,3%. "Hal ini sangat mengerikan," ujar Bamsoet.
"Kita tidak bisa main-main dengan angka-angka tersebut. Perbedaan tafsir dan persepsi terhadap hasil survei, itu hal biasa. Poin penting kita bukanlah di situ. Tapi, pesan terpenting di balik angka-angka itu, menunjukkan bahwa kita sebagai bangsa harus tetap waspada, sigap dan bergerak cepat mengantisipasi kemungkinanyang terburuk, yakni hilangnya nama negara-bangsa Indonesia dari percaturan dunia," kata Bamsoet.
Bukan hal mustahil terjadi lanjut Bamsoet, jika lengah dan tidak serius membendung krisis nilai yang melahirkan gerakan anti kebangsaan dan Pancasila ini secara total. "Sekali lagi, kita mesti waspada!" kata Bamsoet.
Reporter: Syafril Amir